Mohon tunggu...
@Bapaksocio_
@Bapaksocio_ Mohon Tunggu... Pengajar dan juga Pembelajar Aktif

Menyukai kajian seputar isu pendidikan, sosial, budaya, dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Refleksi Kepemimpinan di Bulan Ramadhan; "Jabatan itu Berkah atau Beban?"

8 Maret 2025   11:30 Diperbarui: 8 Maret 2025   11:30 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan Ramadan adalah bulan penuh berkah, bukan hanya dalam hal ibadah, tetapi juga sebagai bulan pembelajaran bagi setiap Muslim. Di bulan ini, kita diajarkan untuk melatih kesabaran, menahan hawa nafsu, serta meningkatkan empati dan tanggung jawab terhadap sesama.

Salah satu pelajaran penting dalam Ramadan yang sering terlupakan adalah kepemimpinan dan amanah.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat banyak orang berlomba-lomba mengejar jabatan dan kekuasaan, seolah-olah posisi tinggi adalah tujuan akhir dalam hidup. Namun, pertanyaannya, bagaimanakah Ramadan mengajarkan kita bahwa kepemimpinan bukan tentang kekuasaan, melainkan tanggung jawab yang kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.

Sebagaimana dalam sebuah hadis yang menjadi asbabun nuzul ayat 6-7 surat Al A'raf, Rasulullah SAW bersabda bahwa setiap orang adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang ia pimpin. Seorang pemimpin negara akan ditanya tentang rakyatnya, seorang kepala keluarga tentang keluarganya, seorang istri tentang rumah tangganya, bahkan seorang pekerja atau pegawai pun memiliki tanggung jawab atas tugas yang diembannya.

"Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya."(HR. Buchari).

Namun realitasnya di lingkungan kita, orang-orang pada berebut kekuasaan; berebut jabatan. Fenomena berebut jabatan bukanlah hal baru dalam kehidupan manusia. Di berbagai bidang, baik di pemerintahan, organisasi, maupun lingkungan kerja, kita sering menyaksikan orang-orang berlomba-lomba meraih posisi tertentu. 

Mereka berusaha menarik simpati, membangun citra, bahkan tak jarang menggunakan cara-cara yang tidak sehat demi mendapatkan kekuasaan. Namun, setelah berhasil menduduki jabatan yang diidamkan, tidak sedikit yang justru lalai terhadap tanggung jawabnya. Jabatan yang awalnya terlihat sebagai berkah, pada akhirnya bisa menjadi bencana jika tidak dijalankan dengan amanah.

Bayangkan seseorang yang memperebutkan sebuah mahkota raja. Dari kejauhan, mahkota itu tampak indah, berkilauan, dan penuh pesona. Namun, begitu dikenakan, ia merasakan betapa beratnya mahkota itu. Beban yang dulu tidak terlihat kini terasa menghimpit kepala dan pundaknya. Begitu pula dengan kepemimpinan---di balik segala kehormatan yang terlihat dari luar, ada tanggung jawab besar yang harus dipikul.

Mari Merenung!

Ramadan adalah waktu yang tepat untuk merenungkan kembali makna kepemimpinan. Dalam kondisi lapar dan haus, kita belajar bahwa seorang pemimpin harus mampu memahami dan merasakan kesulitan orang-orang yang ia pimpin. Ramadan mengajarkan kita bahwa kepemimpinan sejati bukanlah tentang menikmati kemewahan dan fasilitas, tetapi tentang melayani dengan ketulusan dan tanggung jawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun