"Tidakkah engkau berfikir nasibmu ke depan? kedua orang tuamu yang telah memilih madrasah ini untuk mu, rela datang ke sekolah tiap bulan hanya sekedar meminta kepada guru untuk mendidikmu dengan penuh perhatian, agar engkau berubah. Faktanya, sekarang engkau masih seorang pecundang. Sadar ris!" Sambil memegang pundak Haris.
"Sudahlah!" Haris melepaskan tangan Nul dan pergi menuju kelas.------***------
Malam harinya.
"Haris... kesini sebentar nak." Panggil ibunya dari kamar.
"Sebentar bu!" Jawabnya keras.
"Nak... ibu dan ayah semakin tua, engkau telah dewasa, adikmu juga telah duduk di bangku SMP. Kini, kakakmu telah bekerja. Nak, tidakkah engkau ingin membahagiakan ibu dan ayah?"
"Maksud ibu?"
"Ibu dan ayah ingin... sekali engkau kelak berguna di masyarakat, tidak menjadi sampah masyarakat. Kami juga ingin engkaulah yang membawa kami bertamu ke rumah-Nya." Pinta ibunya dengan lembut.
Mendengar perkataan itu, tiba-tiba ia pergi keluar, menjauhi ibunya tanpa rasa bersalah dan tidak sedikit pun hatinya tersentuh ingin merubah sikap menjadi lebih baik.
------***------
Zaskia yang mengetahui perlakuan Haris sangat benci padanya. Di kelas, ia semakin terasingkan.
"Tinggalkan si pemalas itu."