Di tengah dinamika zaman yang serba cepat dan individualistis, eksistensi organisasi kemahasiswaan sering kali dipertanyakan. Namun sejarah telah membuktikan, bahwa banyak tokoh besar bangsa lahir dari rahim organisasi mahasiswa. Salah satu yang paling menonjol adalah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)---sebuah organisasi yang sejak 1947 telah berperan penting dalam mencetak kader pemimpin dan pemikir bangsa.
HMI bukan sekadar organisasi. Ia adalah ruang kaderisasi ideologis, tempat mahasiswa tidak hanya belajar manajemen organisasi, tetapi juga merumuskan gagasan keumatan dan kebangsaan. Dalam HMI, mahasiswa diajak berpikir kritis, membentuk karakter, dan melatih sensitivitas sosial dalam bingkai nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan.
Namun, tantangan besar tengah dihadapi: bagaimana membuat mahasiswa hari ini tetap melek organisasi dan melihat HMI sebagai ruang yang relevan dengan konteks zaman?
Banyak mahasiswa modern merasa cukup dengan pencapaian akademik dan personal branding di media sosial. Padahal, organisasi seperti HMI menawarkan sesuatu yang jauh lebih mendalam: pengalaman kolektif, pertarungan gagasan, dan pengasahan kepemimpinan yang teruji. Bukan hanya soal siapa yang paling aktif, tapi siapa yang paling siap menghadapi kompleksitas dunia nyata.
HMI, dengan segala sejarah dan jaringannya yang luas, memiliki keunggulan strategis dalam menjawab tantangan zaman. Namun HMI juga perlu terus beradaptasi---menerjemahkan nilai-nilai perjuangan dalam bahasa yang dipahami generasi hari ini. Modernisasi kaderisasi, digitalisasi gerakan, dan keterbukaan terhadap lintas isu adalah jalan untuk mempertahankan relevansi.
Menjadi melek organisasi hari ini adalah bentuk perlawanan terhadap apatisme. Dan memilih untuk aktif di HMI, bukan hanya tentang menjadi bagian dari sejarah panjang perjuangan mahasiswa, tetapi juga komitmen untuk menyiapkan diri sebagai pemimpin yang berpikir tajam dan berjiwa sosial tinggi.
Yakusa (Yakinkan dengan Iman, Usahakan dengan Ilmu, sampaikan dengan Amal)
Hidup mahasiswa, merdeka diri dari pikiran yang distorsi.....
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI