Saya paling parno jika ada orang tak dikenal berdiri begitu dekat, apalagi di belakang saya. Yang terpikir hanya dua hal: mau nyopet atau dia tidak mengerti soal personal space. Saya sedang menunggu tarikan uang keluar dari mesin ATM, saat merasakan nafas seseorang sampai ke belakang leher saya. Saya berbalik dan hampir melompat kaget, melihat seorang perempuan berada tepat di belakang saya. Ini orang niatnya mau lihat kode pin atau ngintipin saldo tabungan saya, sih? Saya dan Poppy lagi didepan kasir hendak membayar belanjaan. Di belakang kami, ada pasangan yang sedang pacaran sambil bisik-bisik. Jarak mereka hanya setengah langkah di belakang Poppy, sedangkan di belakang mereka tidak ada orang lain yang mengantri. Saya bilang: "Mas, Mba, permisi ya, boleh mundur sedikit?". Pasangan tersebut menoleh ke saya tak mengerti, tapi syukurlah, mereka mundur. Kalau tidak, saya akan teruskan: "Apa mau three-some?". Tambah kesel, kalau sedang berada di dalam lift. Kemudian ada orang masuk dan mengambil tempat berdempetan di belakang bersama orang lain yang sudah ada lebih dulu, padahal ruang depan masih tersisa banyak. Kebanyakan orang merasa risih berada di depan dan menjadi ‘center of attention’,  jadi mereka lebih memilih memberi pantat mereka tanpa memperhatikan kenyamanan orang lain. Duh, memangnya kita lagi nonton konser!. Ada lagi yang buru-buru ikutan di belakang saya saat masuk ruangan, hanya karena malas membuka pintu lagi. Padahal, saya masih menahan pintu mempersilakan masuk, malahan dianya nyalip mendahului. Ugh, pengen rasanya melempar kepalanya pakai telor busuk. Satu teman saya punya kebiasaan buruk, tanpa permisi dia akan langsung datang berbisik pada jarak intim lima senti dari wajah saya. Kontan saya mundur, menjauhi hembusan nafasnya yang kurang enak, apalagi menanggapi curhatnya. Pertanyaannya adalah: Apakah orang-orang itu tidak merasa terganggu kalau ada yang memasuki ruang pribadi mereka? Personal space bukan hanya berlaku pada larangan membaca buku harian seorang sahabat, atau memaksa pasangan untuk memberi tahu password handphonenya. Bukan pula hanya untuk aturan mengetuk pintu, sebelum masuk ruangan bos atau mencuri lihat file dan dokumen rekan kerja. Ada aturan lisan yang sudah dipahami di negara Barat mengenai personal space. Misalnya di Amerika, bila seseorang ingin menyendiri, mereka akan pergi ke taman sepi dan duduk di tengah bangku kosong, agar orang lain tidak bisa duduk disitu. Sebaliknya, apabila terdapat tiga urinal*) di dalam toilet pria, orang yang pertama masuk sebaiknya tidak mengambilyang ditengah, agar orang kedua dapat memilih, urinal pertama atau ketiga yang kosong demi menjaga jarak. Di mallbesarpun, saat banyak orang berlalu lalang, seseorang akan tetap menjaga personal space orang lain. Tak jarang, orang di belakang saya meminta maaf bila hendak melewati, atau orang akan berhenti untuk memberi saya jalan, agar tidak mengganggu jarak pribadi masing-masing, apalagi bersenggolan. Mungkin berbeda di setiap negara dan budaya. Di Indonesia, mungkin kebanyakan orang lebih merasa nyaman di lingkungan yang ramai, seakan merasa takut kalau sendirian. Mungkin, karena terbiasa di dalam bis yang penuh sesak dan punya sistem saya duluan, atau, memang budaya antri yang terlambat. Saya sering memperhatikan saat di restoran, kebanyakan orang lebih memilih meja yang bersebelahan dengan meja yang sudah terisi, daripada mengambil meja kosong di pojokan yang lebih nyaman. Di bioskop, masih saja banyak orang yang memilih kursi di row paling belakang yang sudah terisi, daripada memilih tempat duduk di tengah, yang kanan-kiri kosong, agar film yang ditonton lebih bisa dinikmati. Tau deh! Personal space bagi saya adalah zona kenyamanan. Saat saya merasa tidak nyaman karena seseorang yang sengaja melewati, sejengkal saja dari jarak saya berada, saya akan protes. Terlepas dari budaya atau negara, setiap orang seharusnya belajar menghormati orang lain, termasuk menjaga jarak pribadinya, agar kenyamanan orang lain tidak terganggu. *) watch video: Urinal Etiquette www.mscomplaint.com