Mohon tunggu...
M. Sadli Umasangaji
M. Sadli Umasangaji Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger - celotehide.com

Menulis beberapa karya diantaranya “Dalam Sebuah Pencarian” (Novel Memoar) (Merah Saga, 2016), Ideasi Gerakan KAMMI (Gaza Library, 2021), Serpihan Identitas (Gaza Library, 2022). Ia juga mengampu website celotehide.com.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Pramoedya

17 Mei 2023   16:10 Diperbarui: 19 Mei 2023   08:42 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menulis Perlawanan

Pemberontak dalam arti suatu pengjungkirbalikan yang utuh. Ia bertindak di bawah (ancaman) cambuk majikannya. Tiba-tiba ia berbalik dan menghadapi majikannya. Ia menghadapi apa yang ia kehendaki atau senangi dan apa yang tidak. Tidak setiap nilai memerlukan pemberontakkan, tetapi setiap tindakan pemberontakan secara diam-diam meminta suatu nilai. (Camus, Albert, 2016).

Pemikiran Pram tentang realisme sosialis, sebenarnya punya tujuan satu, yaitu untuk membangun masyarakat yang ideal. Masyarakat tanpa penindasan, masyarakat yang merdeka. Dalam arti terpenuhinya hak-hak sebagai manusia, seperti yang diharapkan oleh sosialisme. Yaitu manusia yang sama rasa sama rata dan karsa (keinginan).

Pandangan sastra Pram tentang realisme sosialis telah menjadi ketentuan bahwa pengarang harus belajar dari rakyat. Banyak cara yang harus dan bisa ditempuh, terutama membaurkan diri ke dalam gerakan massa, mengenal perasaan mereka, mengenal spontanitas dalam menyatakan perasaan mereka, dan bersama mereka ikut mewujudkan apa yang harus diharapkan oleh mereka.

Menurut Gramsci (2013), arti kaum intelektual sebagai sebuah kelas independen yang terpisah dari kategori sosial adalah sebuah mitos. Semua manusia mempunyai potensi untuk menjadi kaum intelektual, sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki dan dalam cara menggunakannya. Tetapi tidak semua orang adalah intelektual dalam fungsi sosial. Kaum intelektual dalam makna fungsional terbagi menjadi dua kelompok. Pada kelompok pertama terdapat kaum intelektual profesional "tradisional", ilmuwan dan sebagainya, yang mempunyai posisi dalam celah masyarakat yang mempunyai aura antarkelas tertentu, tetapi berasal dari hubungan kelas masa silam dan sekarang serta melingkupi pembentukan berbagai kelas histori. Yang kedua, terdapat kaum intelektual "organik", unsur pemikir dan pengorganisasi dari sebuah kelas sosial fundamental tertentu. Kaum intelektual organik ini dapat dengan mudah dibedakan melalui profesi mereka, yang mungkin menjadi karakteristik pekerjaan kelas mereka, bukan melalui fungsi mereka dalam mengarahkan gagasan aspirasi kelas organik mereka.

Akhirnya membaca karya Pram adalah kenikmatan sendiri tanpa harus memandang stigma sinis kepada pembacanya sebagai "komunis" atau "kiri". Karena sejatinya Pram adalah Maestro Sastra Indonesia. Seperti kata Pram dalam Bumi Manusia, "Kau terpelajar. Seorang terpelajar harus juga berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan".

Penjara tak menghalangi Pram untuk berhenti berkarya. Tidak. Tidak senjengkal pun pria tua ini berhenti menulis. Bagi pria tua ini, menulis adalah tugas pribadi dan nasional. Dan ia konsekuen terhadap semua akibat yang ia peroleh. Berkali-kali karyanya dilarang dan dibakar. Kenanglah katanya dalam Bumi Manusia, "Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri bersuka karena usahanya sendiri dan maju karena pengalamannya sendiri".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun