Mohon tunggu...
Agung Nugroho
Agung Nugroho Mohon Tunggu... Mahasiswa Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman IPB

Wonogiri, Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Merancang Pertanian 2030

11 Agustus 2020   20:56 Diperbarui: 11 Agustus 2020   21:04 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Isu terbaru mengenai serangga

Beberapa isu yang terjadi akhir-akhir ini adalah adanya penurunan populasi secara drastis pada serangga pada kajian LIPI (2020). Dalam kaitannya dengan bidang pertanian serangga yang mengalami penurunan  adalah golongan lebah dan kumbang yang memiliki dampak signifikan melalui aktifitas penyerbukan serangga tersebut (DW 2017). 

Sebaliknya serangga hama populasinya justru terus meningkat akhir-akhir ini. Adapun faktor-faktor penyebab penurunan serangga penyerbuk adalah perubahan iklim dan penggunaan pestisida kimiawi (BBC 2019).

Serangga golongan lebah dan kumbang sangat membantu dalam proses pertanian. Sebanyak 85% tanaman Angiospermae memerlukan bantuan serangga dalam proses penyerbukan (Grimaldi dan Engel 2005). Tanpa kehadiran serangga penyerbuk, tanaman tidak akan bereproduksi. 

Karena memiliki peran yang penting, serangga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Menurut Losey dan Vaughan (2006) nilai ekonomi dari empat jasa ekosistem yang disediakan oleh serangga yaitu sebagai pengurai, pengendalian hama dan gulma, penyerbukan dan sumber nutrisi di alam, dapat mencapai 57 juta dollar per tahun. Betapa penting kehadiran serangga bagi kita.

Kondisi pertanian masa kini

Sistem budidaya tanaman masyarakat pada umumnya monokultur yang menekankan pada aspek produktivitas, keseragaman, dan kemudahan pengelolaan. Pertanian ini mengandalkan input dari luar sistem pertanian, berupa energi, pupuk, pestisida untuk mendapatkan hasil pertanian dengan produktifitas tinggi. Pertanian sistem seperti ini masih dilakukan oleh sebagian besar petani Indonesia.

Intensifikasi pertanian yang telah dijalankan semenjak Revolusi Hijau telah berhasil meningkatkan produksi pangan, dengan konsekuensi meningkatnya monokultur dan konversi lahan. Bersamaan dengan itu, degradasi lahan, pencemaran lingkungan akibat penggunaan pupuk kimia dan pestisida merupakan kenyataan yang tidak bisa dihindari lagi (Altieri 1999, Wanger et al. 2010). 

Selain penyerbuk serangga berguna yang ikut terdampak oleh penggunaan pestisida kimiawi adalah serangga musuh alami sebagai predator hama. Dampak lain dari pestisida kimiawi adalah resurjensi dan resistensi hama sehingga populasi hama malah semakin meningkat.

Wajah pertanian masa depan

Pertanian masa depan haruslah pertanian yang tetap produktif, stabil, resilient (berdaya tahan) dan pada saat yang sama menimimalkan dampak negatif terhadap alam dan manusia  (Pacheco et al. in prep). Isu terkait bahaya negatif pestisida kimia tehadap kesehatan berkaitan erat dengan hal ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan Poerwanto (2015) bahwa permintaan produk pertanian di masa yang akan datang akan semakin mengharuskan bahan pangan yang bebas dari cemaran, racun, dan pestisida yang berbahaya bagi kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun