Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Plin Plan, Adaptasi, dan Kebenaran

15 September 2021   09:57 Diperbarui: 15 September 2021   10:17 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Air hujan yang sudah tiga hari ini turun ke bumi menjadi peneduh nan sejuk setelah sekian lama kemarau melanda. Rintik air yang deras membuat orang berpikir "musim hujan telah tiba". Biasanya memang musim hujan dimulai pada saat masuk bulan yang berakhiran "ber" seperti September sekarang ini.

Ketika musim hujan tiba, banyak orang mengubah pola kerja, aktivitas sehari-hari, hingga mempersiapkan hal-hal lainnya agar air hujan tidak sampai mengganggu rutinitas mereka. Ada orang yang langsung mengecek genteng, melapisi tembok rumahnya dengan lapisan anti bocor. Ada pula yang konsentrasi mengamankan barang-barangnya ke lantai atas jika sewaktu-waktu banjir datang.

Semua orang akan mempersiapkan untuk hal-hal terburuk yang mungkin terjadi dengan datangnya musim hujan. "Sedia payung sebelum hujan" adalah pepeatah yang pas untuk menggambarkan kondisi ini, mengapa? Pada dasarnya orang tidak menyukai kesusahan, kesulitan, sehingga mereka melakukan beragam upaya untuk mencegah terjadinya hal tersebut.

Manusia mempunyai daya adaptasi tinggi terhadap perubahan yang terjadi di sekitar lingkungannya. Bahwa yang paling selamat adalah yang yang paling bisa beradaptasi, bukan yang paling kuat adalah teori yang sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Sejarah dan fakta telah membuktikan benar tidaknya teori tersebut.

Jiwa adaptasi yang tinggi itulah yang menjelaskan perubahan sikap seseorang dari suatu masa ke masa berikutnya. Sebagai contoh di suatu perusahaan pada masa kepemimpinan Ketua A yang mempunyai program pembangunan jalan tol ke daerah-daerah terpencil. Semua eksekutif di perusahaan sangat setuju dan mengatakan program tersebut bagus, dapat mendongkrak pendapatan serta laba perusahaan. Tidak ada satupun dari mereka yang mempertanyakan dan menolak program tol tersebut.

Suatu ketika perusahaan mengalami pergantian kepemimpinan, Ketua A lengser dan naiklah Ketua B sebagai pemimpin. Beberapa program dari Ketua A diteruskan oleh Ketua B. Namun demikian program jalan tol ke desa-desa yang tadinya akan berjalan dihentikan oleh Ketua B. Bisnis tersebut menurut ketua B bukan bisnis inti perusahaan dan kurang menguntungkan. Pandangan ketua B juga serta merta didukung oleh seluruh eksekutif perusahaan. Tidak ada satupun di antara eksekutif perusahaan yang mempertanyakan dan menolak keputusan Ketua B, sama persis ketika mereka dahulu menerima penuh program jalan tol tersebut dari ketua A.

Secara sepintas kalau kita lihat terjadinya perubahan sikap yang drastis dari eksekutif perusahaan yang semula sangat mendukung pembangunan jalan tol ke desa-desa menjadi menolak pembangunan jalan tol ke desa-desa adalah suatu sikap yang mencla mencle atau plin plan. Bagaimana mungkin dua hal yang sangat bertentangan bisa diterima sebagai "kebenaran" dalam waktu yang singkat? Apakah saat menyetujui program Ketua A para eksekutif tidak berpikir? Apakah ketika Ketua B menghentikan program tol tersebut para eksekutif perusahaan tidak juga berpikir?

Tentu para eksekutif perusahaan tersebut sudah berpikir akan baik dan buruknya keputusan Ketua A dan B. Namun demikian harus disadari bahwa masalah ini merupakan urusan bisnis belaka, bukan ideologis. Oleh karenanya untuk menghindari masalah, para eksekutif merasa lebih baik mengikuti keputusan Ketua yang saat itu memimpin perusahaan.  Secara naluriah jiwa adaptasi manusia atas perubahan tersebut muncul dengan sendirinya. Ingat, yang selamat adalah orang yang paling pandai beradaptasi. Apakah ada jaminan para eksekutif perusahaan akan selamat ketika mereka mempertanyakan atau tidak setuju dengan keputusan Ketua A atau B? Sehingga masih layakkah kita mengatakan orang-orang tersebut tidak berpendirian alias plin plan? Justru mereka itulah orang-orang yang sangat punya pendirian atas "teori adaptasi".

Beda halnya jika yang digoyang adalah soal ideologis. Misalnya dari penganut ideologi sosialis dipaksa menerima ideologi kapitalis, atau dari ideologi Pancasila menjadi komunis. Tentu orang tidak akan menerima dengan cepat, malah justru melawan "pemaksaan" ideologi tersebut.

Pun demikian kita tidak sedang menghakimi ataupun mempertanyakan pendirian, pendapat manusia tentang suatu masalah. Justru kita sedang berusaha memahami sikap perilaku manusia dalam kaitannya dengan teori adaptasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun