Kompasiana, Lombok Timur, Agustus 2025 -- Rendahnya minat baca anak-anak di pedesaan masih menjadi persoalan serius di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Desa Anjani, Kecamatan Suralaga, Kabupaten Lombok Timur. Anak-anak lebih akrab dengan gawai dan hiburan digital daripada buku bacaan. Menyadari kondisi ini, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Mataram yang tergabung dalam program tematik Literasi Perpusnas menghadirkan dua program unggulan: Ruang Bermain dan Kunjungan Literasi Sekolah. Kedua program ini menjadi bagian dari strategi KKN untuk meningkatkan budaya literasi masyarakat desa, sekaligus mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) poin 4 tentang Pendidikan Berkualitas. Ruang Bermain dilaksanakan pada 28 Juli--4 Agustus 2025 di Posko KKN Desa Anjani. Selama delapan hari, setiap sore, puluhan anak dari berbagai dusun berkumpul untuk mengikuti kegiatan literasi yang dikemas secara menyenangkan.
Koordinator kegiatan, Baiq Erni Nirmala, menjelaskan bahwa ide ini lahir dari keresahan mahasiswa melihat rendahnya minat baca anak-anak desa. "Kami ingin anak-anak melihat membaca bukan sebagai tugas, tapi sebagai aktivitas yang seru. Karena itu, kami kombinasikan literasi dengan permainan dan kreativitas," jelasnya. Kegiatan Ruang Bermain diawali dengan membaca nyaring, di mana mahasiswa KKN membawakan dongeng penuh ekspresi agar anak-anak lebih mudah memahami cerita. Setelah itu, mereka diajak untuk cerdas mengulas buku, berbagi pendapat dan berdiskusi tentang isi cerita. Suasana semakin seru ketika anak-anak menyalurkan imajinasi lewat menulis cerita sederhana. Sebagai penutup, kegiatan diwarnai dengan proyek kreatif membuat wayang botol dari bahan bekas, yang kemudian digunakan untuk mendongeng bersama.
Antusiasme anak-anak sangat tinggi. Jumlah peserta mencapai 30 anak per hari, dan mereka tampak bersemangat menjawab pertanyaan, berdiskusi, bahkan berebut giliran tampil mendongeng. Dukungan juga datang dari organisasi pemuda desa yang ikut menjadi mentor, sehingga suasana belajar semakin akrab. Seorang peserta kelas 3 SD, suci (9), mengaku senang mengikuti kegiatan ini. "Biasanya saya main HP, tapi kalau ada cerita sama kakak-kakak KKN lebih seru. Saya bisa bikin cerita sendiri dan kasih tahu ke teman-teman," ujarnya dengan mata berbinar.
Tak hanya di posko KKN, mahasiswa juga menyasar sekolah. Program Kunjungan Literasi Sekolah dilaksanakan pada 21--26 Juli 2025 di SD Negeri 1 Anjani. Selama enam hari, mahasiswa hadir di kelas dengan membawa berbagai kegiatan interaktif, antara lain, ceramah singkat tentang pentingnya literasi, mendongeng dengan media kreatif, permainan edukatif berbasis cerita, kelas inspirasi dengan berbagi pengalaman dan motivasi belajar.
Guru-guru menyambut baik kegiatan ini. Menurut salah seorang guru SDN 1 Anjani, program ini menjadi tambahan energi positif bagi siswa. "Anak-anak terlihat lebih bersemangat. Mereka tidak hanya mendengar cerita, tapi juga ikut terlibat dalam diskusi dan permainan. Ini membuat suasana belajar lebih hidup," katanya. Mahasiswa KKN berharap kegiatan ini bisa menjadi awal dari kolaborasi jangka panjang antara sekolah dan perpustakaan desa. Dengan begitu, literasi tidak hanya berhenti di ruang kelas, tetapi juga merambah ke lingkungan rumah dan masyarakat.
Kepala Desa Anjani memberikan apresiasi tinggi terhadap inisiatif mahasiswa KKN UNRAM. Ia menegaskan bahwa program literasi ini sejalan dengan visi desa dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. "Ruang Bermain dan Kunjungan Literasi Sekolah sangat bermanfaat. Kami ingin ini terus berlanjut, mungkin nanti bisa dikelola bersama pemuda desa dan perpustakaan desa," ujarnya.
Orang tua juga merasa terbantu. Mereka melihat anak-anak lebih sibuk membaca buku dan bercerita dibanding sebelumnya yang lebih sering bermain gawai. "Kalau dulu pulang sekolah langsung pegang HP, sekarang malah nungguin kapan ada cerita lagi sama kakak KKN," kata salah satu wali murid sambil tersenyum.
Hasil dari dua program ini tidak hanya terlihat dari meningkatnya minat baca, tetapi juga dari keberanian anak-anak dalam berkomunikasi, kemampuan menulis sederhana, serta kreativitas mereka dalam menghasilkan karya. Secara akademis, pendekatan ini sejalan dengan teori play-based learning yang menyatakan bahwa anak-anak belajar lebih efektif melalui permainan. Selain itu, kegiatan mendongeng dan proyek kreatif seperti wayang botol sesuai dengan konsep project-based learning, yang mampu melatih keterampilan praktis sekaligus menumbuhkan rasa percaya diri.