Mohon tunggu...
M Riadus Sholihin
M Riadus Sholihin Mohon Tunggu... -

Terus belajar dan bergerak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Suasana Musdes Sendangagung di Era UU Desa

25 November 2017   14:34 Diperbarui: 25 November 2017   16:03 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekira pukul 21.00 hape saya berdering, sebuah panggilan masuk. Dilayar hape muncul nama penelpon, pak Slamet Sendangagung, salah satu perangkat desa Sendangagung.

Perlu diketahui, Sendangagung adalah desa yang terpilih versi Pendamping Desa Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur, sebagai desa terbaik se-Kecamatan Paciran Tahun 2017. Penentuan ini diambil dari beberapa indikator, antara lain partisipasi masyarakat desa, manajerial kepala desa yang baik, dan berfungsinya perangkat desa sesuai tupoksi. Untuk indikator yang terakhir, memang, perangkat Desa Sendangagung, secara pendidikan cukup baik, semuanya lulusan S1. 

Kemudian saya angkat. "Assalamualaikum.. Mas, ngapunten nembe menghubungi. Sakniki repot ta? Menawi mboten repot monggo rawuh teng Cafe Jandom. Wonten rapat BUMDesa." Dalam telfon saya jawab. "Oh geh, pak. Ketepatan nembe nyantai niki teng griyo. Geh, insya Alloh kulo mriku." "Gehmpun, mas dipun entosi, assalamualaikum..." Tentu saja saya jawab, "waalaikumsalam..." Kemudian telpon terputus.

Karena posisi telpon tadi sambil duduk ngleyek santai, mbloder gak pakai baju, saya tidak langsung beranjak bangkit. Tapi sebaliknya, saya rebahkan badan saya ke lantai, diam sejenak, guna memunculkan mood untuk menghadiri undangan telpon tadi. Maklum, saat itu saya rencana nyantai di rumah sampai nanti pukul 22.00, menghadiri undangan teman, biasa, ngopi. 

Setelah cukup rebahan, saya bangkit mengambil baju kemudian mengenakannya. Ambil kopyah, berangkat menuju sendang. 

Tidak sampai 15 menit, saya sampai di desa Sendang. 

Terlihat forum sudah berlangsung dengan khusuk. Peserta begitu antusias mengikuti. Sampai kemudian sampai pada sesi dialog. Peserta yang terdiri pemuda, warga dan tokoh masyarakat desa Sendang tersebut, satu di antara mereka ada yang angkat tangan, usul. 

Usul tersebut ternyata relatif menarik. Sehingga memancing perhatian dari peserta forum yang lain. Apakah usulnya itu?

Suasana Cafe Jandon, tempat rapat digelar, terlihat sepi dari pengunjung, tidak seperti malam biasanya. Mungkin Cafe Jandon sedang tidak menerima pelanggan sebab dipkai musyawarah tersebut, diboking. 

Cafe Jandon adalah satu dari 5 jenis unit usaha BUMDesa Sendang. Cafe yang berlokasi di sebuah bekas sendang atau danau yang mengering terkesan unik. Karena bekas danau, untuk masuk, pelanggan akan menurun ke bawah. 

Cafe ini sepenuhnya dikelola oleh beberapa anak muda desa Sendang yang menjadi pengurus BUMDesa. Dari desain tempat, cukup dibilang kekinian. Terlihat di sisi dinding yang kosong dikasih gambar sebagaimana gambar jalnan. Paduan  bangunan berbahan bambu dengan penataan pencahayaannya semakin menambah kesan artistiknya.

Ditengah keartistikan yang demikian, musyawarah dengan lesehan semakin menambah keguyupan khas pedesaan. "Desa kita adalah desa pertanian. Hampir 80% warga kita adalah petani. Saya kok punya usul desa kita ini kita buat sebagai desa wisata buah saja. Dari jenis tanahnya saya kira buah semisal jeruk, kelengkeng, atau sejenisnya bisa tumbuh dengan baik disini. Belum lagi lahan gege kita cukuplah untuk menjadi uji coba." Kata pak Sasmito menyampaikan usulnya. Dari gaya bicaranya, saya bisa menebak, pak Sasmito adalah seorang guru. Tapi saya tidak mengkonfirmasi hal tersebut untuk memastikan apakah pak Sasmito seorang guru. 

"Terimakasih, pak Sasmito. Usul yang cukup baik. Terus terang pak Sasmito, saya dengan perangkat sudah punya greneng2 soal itu. Nah, yang masih mengganjal itu soal pemilihan tanaman buahnya, jenis tanaman apa itu yang benar2 cocok dengan itu. Untuk menentukan itu, saya bersama perangkat desa atau mungkin bapak2 bisa bantu, perlu pendalaman lebih lanjut. Pada prinsipnya kita punya kesamaan untuk kearah sana. Cuman yaitu, tanaman apa itu?" Pak kades merespon usul pak Sasmito setelah dipersilahkan pak carik selaku orang yang paling moderat di forum itu, moderator.

Sampai pada titik ini, forum mendadak hening. Sepertinya mereka larut dalam pikirannya masing2. Memikirkan jawaban dari  Memikirkan jawaban dari pertanyaan pak kades tadi. Tanaman apa itu?

Pak Sasmito angkat bicara lagi, memecah keheningan forum. "Kalau saya punya usul, tanaman itu bisa saja pohon kresen. Selain anak2 suka, pohon tersebut juga cukup cepat berbuahnya. Sehingga tidak perlu menunggu terlalu lama untuk mendapatkan hasilnya." Pak Sasmito bicara seperti setengah bercanda. Tentu saja forum kaget. Mereka tertawa geli mendengar jawaban pak Sasmito. 

"Boleh juga itu. Karena ini wisata desa, tentu keunikan berdasarkan kekhasan desa kita, perlu juga dipertimbangkan. Saya kira usul ini bagus. Meski terdengar lucu, akan saya tindak lanjuti." Pak kades tanpa dimoderatori lansung menyambar usul pak sasmito.

Forum kembali hening. Di wajah mereka tergambar antusias yang cukup kuat. Mereka mulai menangkap maksud jawaban dari pak kades. Bahwa ia juga tahu kresen adalah buah favorit anak2. Mereka juga tahu, belakangan, buah tersebut dipercaya mampu menyembuhkan diabetes dan penyakit berat yang sejenis lainnya.

*Penulis adalah Pendamping Desa Pemberdayaan (PDP) Kec. Paciran Kab. Lamongan Jawa Timur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun