Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jumat Pagi di Kedai Darah

10 Oktober 2025   13:29 Diperbarui: 10 Oktober 2025   13:29 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jarum jam belum genap menunjuk angka delapan, namun suasana di Kedai PMI, Jalan Hasanudin, sudah mulai ramai. Setiap Jumat, tempat itu seolah berubah menjadi magnet kebaikan. Bau antiseptik samar beradu dengan aroma kopi dari warung seberang, menciptakan kontras yang khas. Pintu kaca geser Kedai Darah tak henti terbuka dan tertutup, menyambut satu per satu para pahlawan tak bernama.

Antrean sudah mengular di depan meja entry data. Di sana, dua petugas dengan senyum ramah menyambut. "Selamat pagi, Bapak/Ibu. Boleh pinjam nomor HP-nya?" Suara petugas terdengar rutin namun hangat. Bagi yang sudah terdaftar, nomor ponsel adalah kunci, langsung disambut layar tablet untuk mengisi survey singkat kelayakan mendonor. Bagi wajah baru, sebundel formulir pendaftaran menanti, gerbang pertama menuju aksi mulia.

Setelah lolos tahap administrasi, giliran meja kesehatan. Sebotol kecil darah diambil dari ujung jari untuk pemeriksaan HB (Hemoglobin). "HB-nya bagus, Bapak. Lanjut ke tensi, ya," kata seorang perawat muda. Lengan dilingkari manset, alat pengukur berdesis pelan, memastikan tekanan darah ideal. Ini adalah ritual kecil yang harus dilalui, penyaring aman untuk memastikan pendonor dan penerima darah sama-sama terlindungi.

Langkah selanjutnya membawa pendonor ke ruangan utama. Di sana, suasana terasa lebih tenang dan serius. Beberapa kursi tidur dan bed berjajar rapi, masing-masing dijaga oleh seorang petugas transfusi yang bertanggung jawab atas dua tempat tidur. Cahaya lampu neon yang lembut menyinari.

Bapak Taufik, seorang pendonor rutin, mengambil tempat di salah satu kursi tidur. Ia tampak rileks. Petugas, Mas Bayu, segera memulai Persiapan Peralatan. Kantong darah, selang infus, dan sebotol cairan infus (larutan garam fisiologis) disiapkan di troli kecil.

"Tarik napas, Pak. Sedikit dingin ya," ujar Mas Bayu.

Proses Pemasangan Infus dimulai. Jarum yang steril dan tajam menembus kulit di lipatan siku. Taufik hanya meringis kecil. Begitu jarum tertanam, darah merah segar mulai mengalir melalui selang ke dalam kantong. Inilah saatnya kebaikan bergerak.

Mas Bayu memastikan Aliran Darah berjalan lancar. Dalam 15 menit pertama, Taufik dipantau ketat. Setelah dipastikan tidak ada reaksi merugikan, aliran darah ditingkatkan. Proses Pemantauan tidak berhenti. Setiap petugas secara periodik memeriksa tanda-tanda vital Taufik---tekanan darah, detak jantung. Mereka selalu sigap, mata mereka terlatih mendeteksi tanda-tanda kecil reaksi transfusi seperti gatal atau pusing.

Kantong perlahan terisi, dari yang mulanya kosong, kini memuat setengah liter harapan. Ketika kantong penuh, petugas dengan cekatan mengunci selang. Setelah kantong dilepas, proses Pencabutan Jarum dilakukan dengan cepat. Kapas ditekan di bekas tusukan.

"Jangan angkat berat dulu ya, Pak. Tekan lima menit," pesan Mas Bayu.

Taufik beranjak dari kursi, merasa sedikit ringan namun puas. Di meja kasir, ia menerima selembar kupon kecil, kolom nama, NIK, dan nomor HP sudah terisi. Ia segera menyerahkan kupon itu pada petugas lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun