Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Labirin Ilmu di Balik Rak Buku

13 Agustus 2025   17:51 Diperbarui: 13 Agustus 2025   17:51 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gemini Generated Image

Pintu perpustakaan bagaikan gerbang menuju dimensi lain. Setiap kali membukanya, Amanda Aniva Frizi merasakan aroma khas buku-buku tua yang menyeruak, bercampur dengan wangi kertas baru yang segar. Bau itu, bagi Amanda, adalah parfum intelektualitas, sebuah undangan bisu untuk menyelami lautan kata. Hari itu, setelah jam pelajaran usai, Amanda memutuskan untuk menghabiskan waktu di sana, mencari ketenangan dan pengetahuan di antara rak-rak tinggi yang menjulang bagai dinding-dinding labirin ilmu.

Suara langkah kaki yang pelan dan sesekali bisikan lirih para pengunjung perpustakaan menciptakan simfoni hening yang menenangkan. Amanda menyusuri deretan buku, jarinya menari di atas sampul-sampul yang beragam. Sentuhan kertas yang kasar, halus, atau bahkan sedikit lapuk memberikan sensasi tersendiri, membangkitkan rasa ingin tahu tentang kisah-kisah yang tersembunyi di baliknya. Cahaya lampu temaram menciptakan suasana hangat dan intim, membuat setiap sudut perpustakaan terasa seperti ruang pribadi untuk berdialog dengan para penulis melalui karya mereka.

Di sebuah meja kayu yang permukaannya terasa dingin di telapak tangannya, Fahridzal Zikri Nugroho sedang berkutat dengan sebuah buku sejarah. Matanya tekun menyusuri setiap baris kalimat, mencoba merangkai kembali jejak-jejak masa lalu. Suara halaman yang dibalik perlahan menjadi satu-satunya interupsi dalam keheningan yang khidmat. Baginya, perpustakaan adalah kapsul waktu, tempat ia bisa bertemu dengan para tokoh besar dan menyaksikan peristiwa-peristiwa penting yang telah membentuk dunia.
Sementara itu, di sudut lain, Hanifah Muslimah Veristya sedang menunggu jemputan orang tuanya. Sambil menunggu, ia memanfaatkan fasilitas internet perpustakaan. Kilauan layar laptopnya memancarkan cahaya lembut di wajahnya saat ia menjelajahi YouTube, mencari hiburan untuk mengusir kebosanan. Di dekatnya, tampak Bapak Winarno, penjaga perpustakaan yang ramah, sesekali melirik dengan senyum hangat. Kehadiran Bapak Winarno memberikan rasa aman dan nyaman bagi Hanifah, seolah ia berada di ruang tunggu yang hangat dan bersahabat. Suara musik dari video yang ditonton Hanifah sesekali terdengar lirih melalui earphone, menambah warna dalam keheningan perpustakaan.

Bagi Qanita Ranaya, perpustakaan adalah tempat di mana imajinasinya dapat terbang bebas. Ia teringat akan kisah-kisah fantasi tentang matahari, bulan, dan bintang yang pernah ia tulis di sini. Setiap rak buku baginya adalah portal menuju dunia-dunia yang tak terhingga, di mana para putri bertemu naga dan keajaiban menjadi kenyataan. Ia membayangkan setiap buku sebagai jendela yang mengintip ke dalam benak penulisnya, menawarkan perspektif baru dan pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan.
Hari itu, Shafa Herza Amira datang ke perpustakaan untuk menemani temannya yang perlu mengurus email dengan Pak Rudi. Suara ketikan keyboard dan percakapan singkat antara temannya dan Pak Rudi terdengar samar di tengah keheningan. Shafa memperhatikan betapa sabarnya Pak Rudi membantu temannya mengatasi masalah kesalahan penulisan email. Baginya, perpustakaan bukan hanya tentang buku, tetapi juga tentang pelayanan dan bantuan yang tulus. Sebelum meninggalkan perpustakaan, mereka mengisi formulir pengunjung, merasakan halus kertas form di antara jari mereka, sebuah ritual kecil sebelum kembali ke dunia luar.

Bagi Amanda, perpustakaan adalah tempat pelarian dan penemuan. Ia bisa menghabiskan berjam-jam hanya dengan membaca sinopsis buku, membiarkan imajinasinya menciptakan gambaran-gambaran tentang isi cerita. Hari itu, matanya tertuju pada sebuah buku dengan sampul berwarna biru tua dan judul yang misterius. Ia mengambilnya, merasakan beratnya di tangan, dan membawanya ke meja baca. Aroma kertas tua yang menguar saat ia membuka halaman pertama semakin memikatnya untuk segera memulai petualangan di dalamnya.

Di balik rak-rak buku yang menjulang tinggi seperti tembok-tembok kebijaksanaan, Amanda merasa aman dan nyaman. Perpustakaan adalah oase di tengah hiruk pikuk dunia luar, tempat di mana waktu seolah berhenti dan hanya ada ia, buku, dan keheningan yang berbicara. Ia percaya bahwa setiap buku adalah pintu menuju pengetahuan yang tak terbatas, dan setiap kunjungan ke perpustakaan adalah langkah kecil dalam perjalanannya untuk memahami dunia dan dirinya sendiri. Perpustakaan adalah rumah kedua bagi jiwanya yang haus akan ilmu, sebuah labirin ilmu yang selalu siap untuk dijelajahi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun