UKBI: Bukan Sekadar Ujian, Ini Perjalanan Literasi
Hari itu, ruang kelas 9A terasa lebih ramai dari biasanya. Kumpulan siswa kelas 9A yang sedang mengikuti Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI).
Sorot cahaya dari laptop terpancar pada wajah-wajah serius. Terdengar ketikan jari yang saling beradu. Sementara itu, di luar, suara burung yang berkicau, seakan menari mengikuti alunan angin yang berhembus. Namun, di dalam ruangan ini, tidak ada yang mendengar suara-suara tersebut, yang terdengar hanyalah degup jantung yang berpacu kencang dan suara derit kursi yang sesekali bergeser.
Alby Luthfy Ghaisan, salah satu siswa kelas 9A, tampak bersemangat. Bibirnya mengulas senyum, "Seru banget UKBI-nya!" katanya, matanya berbinar. "Bahasa Indonesia kita diuji di sini dan harus cepat jawabnya."
Di sisi lain ruangan, Mutiara Kanaya tampak lebih serius. UKBI baginya adalah medan pertempuran. "Sangat menantang dan sedikit sulit," gumamnya, jari-jarinya menari di atas keyboard. Namun, di balik kesulitan itu, ia menemukan secercah harapan. "Memberi sedikit pelajaran untuk saya," tambahnya.
Dzakiya Putri Neinda merasakan sensasi yang sama. Setiap soal seperti tantangan yang membuatnya berdebar. "Ujiannya menantang dan memberikan pembelajaran bagi saya, bikin saya deg-degan saat sedang mengerjakan," ujarnya, suaranya pelan dan penuh emosi.
Keysa Amira Kalila merasakan ketenangan di tengah ketegangan. "UKBI sangat menantang dan membuat saya benar-benar tenang dalam pengerjaan soalnya," ucapnya. Ketegangan itu bagai sungai yang mengalir deras, namun ia bisa berlayar dengan tenang di atasnya.
Suasana kembali ceria saat Muhammad Rais Nabil berbicara. "Sangat seru dan menyenangkan," ujarnya, matanya mengerling. Baginya, soal UKBI bagai hidangan yang bervariasi, ada yang manis dan ada pula yang pahit. "Ada soal yang mudah dan ada juga yang susah," katanya.
Di sudut lain, Fauzan Aidil Ramadhan mengekspresikan kekagumannya dengan cara yang unik. "Okelah, kerenn," serunya. Ia bahkan tidak segan-segan mengacungkan jempolnya, seperti seorang kritikus kuliner yang sangat puas dengan hidangannya. "Orang jenius yang bikin web ini juga saya kasih jempol buat yang buat dan juga buat pengawas," tambahnya.
Bagi Zaafira Naura Subekti, UKBI adalah sebuah petualangan. "Keren banget. Bagus buat pengalaman baru," katanya. Hasil yang memuaskan baginya bagai oase di tengah gurun. "Alhamdulillah hasilnya memuaskan," ucapnya, suaranya penuh rasa syukur.
Khalyla Ahza menatap layar laptopnya dengan penuh harap. "Sangat bagus dan keren," ujarnya. Ia berharap pengalaman ini tidak berhenti di sini. "Semoga dapat dikembangkan lagi, sehingga dapat mengikuti ujian UKBI lagi," tambahnya.
Rizky Fathian Rizal merespons dengan singkat dan jelas. "Mudah untuk dikerjakan," ujarnya. Jawaban itu bagaikan angin sepoi-sepoi di tengah teriknya siang, terasa ringan dan menyegarkan.
Namun, tidak semua merasakan hal yang sama. Bagi Senja Kyara Rinjani Yudha, UKBI terasa bagai gunung yang harus didaki. "Susah banget ya Allah," keluhnya, nadanya menunjukkan keputusasaan. Namun, di balik keluhan itu, ada tekad yang kuat. "Tapi demi Smanda apapun saya lakukan pak," ujarnya, bagai seorang pejuang yang siap bertarung hingga tetes darah penghabisan.
Airyn juga merasakan kesulitan yang sama. "Susah banget, njelimet," keluhnya. Soal-soal itu bagai benang kusut yang sulit diurai. Namun, seperti Senja, ia pun memiliki motivasi yang kuat. "Tapi untuk Smalan apa sih yang enggak," katanya, suaranya penuh cinta dan pengorbanan.
Muhammad Affan Fitriawan memiliki kendala yang berbeda. "Agak-agak susah karena audionya tidak bisa didengar," ungkapnya. Kendala itu bagai dinding tebal yang menghalangi. Namun, ia tidak menyerah. Ia masih bisa menemukan sisi positifnya. "Tapi ini sangat lumayan menyenangkan," tambahnya.
Intan Nuraini adalah salah satu yang merasakan beban terberat. "Pening baca soalnya seabrek," keluhnya. Soal-soal yang panjang dan waktu yang terbatas baginya bagai lautan yang ganas. "Yang biasa ngerjain ulangan dikasih waktu lama, selesainya cuma 20 menitan, ini dikasih waktu dua jam saja gas syukur, pening kepala saya pak," katanya, membuat senyum tipis di wajah pengawas.
Namun, di tengah semua rintangan itu, ada juga kebahagiaan. Zahira Aqueena Sakhia melakukannya dengan penuh antusiasme. "Waw masyaAllah tabarakallah amit amit waw keren banget aku suka deh," serunya, suaranya bagai gemuruh ombak yang penuh gairah.
Pada akhirnya, UKBI bukanlah sekadar ujian, melainkan sebuah pengalaman yang penuh makna. Andru Byantara Ardana merangkumnya dengan sempurna. "Bagussssssss bangetttt UKBI-nyaaaa sangat sangat keren sekalii," tulisnya, kata-katanya mengalir deras seperti air terjun yang tak pernah berhenti.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI