"Ini bukan sekadar rekor," ucap sang Wali Kota, "ini lambang kebersamaan. Dari ASN, pamong, ibu-ibu PKK, sampai anak-anak terlibat. Terima kasih kepada seluruh warga Kota Bandar Lampung!"
Mata Ibu Saadah berkaca-kaca. Bukan karena lelah, tapi karena bangga.
"Bu, walau kita datang telat, tapi kita ikut dalam sejarah," bisik Ibu Indri sambil menggenggam tangan sahabatnya.
Mereka lalu tersenyum, menyaksikan pengunjung mencicipi hidangan mereka, mendengar pujian dari juri, dan melihat anak-anak muda memotret jajanan pasar yang mereka buat sepenuh hati.
Hari itu, bukan hanya rekor dunia yang tercetak. Tapi juga jejak kebersamaan, cinta pada tradisi, dan semangat para perempuan tangguh dari Kelurahan Nusantara Permai, yang tak pernah menyerah meski malam harus dikorbankan, dan macet menghadang.
Dalam langkah pulang yang perlahan sore itu, mereka tahu: dapur kecil mereka telah menjadi bagian dari sejarah besar Kota Bandar Lampung.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI