Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jambi baru saja sukses menyelenggarakan Bimbingan Teknis (Bimtek) PMPZI Sesi 5 pada Kamis, 10 Juli 2025, pukul 08:30 WIB. Acara daring yang berfokus pada Area Penguatan Pengawasan ini bertujuan untuk memperkokoh integritas dan akuntabilitas dalam pengelolaan pendidikan madrasah di lingkungan Kementerian Agama Provinsi Jambi.
Bimtek yang dipandu oleh Ibu Desmita Gustisari, S.M., Analis Perencana Program dan Kegiatan, menghadirkan sejumlah narasumber berkompeten yang berbagi ilmu dan pengalaman berharga:
Bapak Dr. H. Mahbub Daryanto, M.Pd.I, Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Jambi, membuka acara dengan arahan dan visi strategis tentang penguatan integritas.
-
Bapak Dr. H. Dedi Irama Silalahi, S.Sos., M.A.B, Kabid Penmad Kanwil Kemenag Provinsi Jambi, mengupas tuntas aspek akuntabilitas dalam pengelolaan pendidikan madrasah.
Ibu Maria Ulfah, M.Pd.I, Katim Kelembagaan dan Sistem Informasi Madrasah Kanwil Kemenag Provinsi Jambi, memaparkan sistem dan kelembagaan yang mendukung akuntabilitas.
Bapak Mustopa, S.Kom.I dan Ibu Soimah Lailah, S.Pd., keduanya Analis Kebijakan Ahli Pertama Ortala, Setditjen Ditjen. Pendis, Â turut berbagi wawasan praktis.
Berbagai Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) dari beragam madrasah di seluruh Indonesia berbagi pandangan mereka tentang strategi menanamkan nilai-nilai integritas pada generasi muda dan bawahan. Mayoritas responden menekankan pentingnya keteladanan sebagai fondasi utama. Respon ini diperoleh melalui Google Form, Self Declare Kehadiran yang dishare saat kegiatan webinar berlangsung.Â
Menjadi Teladan: Pondasi Utama Integritas
Muhammad Aufa Alhaq dari MAN 1 Rembang (20-30 tahun) secara tegas menyatakan bahwa "perintah yang tidak disertai dengan contoh pelaksanaan dari orang tua ataupun pengajar, maka akan seperti masakan tanpa garam." Senada dengan itu, Abdurrahman, S.Pd dari MAN 3 Kota Jambi (31-40 tahun) menekankan untuk mencontohkan perilaku yang baik dan berintegritas sehingga mereka merasakan kebaikan tersebut dan ikut melakukan kebaikan pula dalam hal sekecil apa pun, seperti yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad.
Konsep teladan ini diperkuat oleh banyak GTK lainnya. Ghani Prasetya dari MAN 1 Cilacap (31-40 tahun) mengungkapkan akan menunjukkan integritas melalui tindakan sehari-hari, seperti jujur dalam mengajar, adil dalam menilai, dan konsisten menepati janji, karena "anak muda belajar lebih banyak dari apa yang mereka lihat daripada yang mereka dengar." Murlena, S.P dari MTsN 4 Batanghari (41-50 tahun) juga sepakat bahwa strategi teladan dapat membantu generasi muda atau bawahan memahami dan menginternalisasi nilai-nilai integritas, serta menjadi individu yang jujur, adil, dan bertanggung jawab. Nur Ilmi, S.Ip dari MTSN 6 Kota Jambi (41-50 tahun), M. Husni Thamrin. S.Ag.,M.S.I dari MTsN 4 Batang Hari (51-60 tahun), Destia Rizki, S.E. dari MTSN 4 Batang Hari (31-40 tahun), dan Yoseva, S.Sy. dari MAN 3 Muaro Jambi (31-40 tahun) secara kompak menyoroti pentingnya memberi contoh, baik melalui sikap maupun perbuatan. Bahkan Zamrizal, S.Pd.I, MA, dari MAN 2 Kota Jambi (41-50 tahun) secara spesifik menyatakan akan menerapkan keteladanan bahwa integritas akan membawa pada hidup yang berkah.
Konsistensi, Detil, dan Lingkungan Mendukung
Andi Rustam Nawawi, S.E dari MAN 2 Polewali Mandar (41-50 tahun) memberikan strategi yang lebih komprehensif. Pertama, ia menekankan agar segala tindak-tanduk dijaga karena dilihat oleh murid, anak, atau bawahan, sehingga patut menjadi teladan/contoh yang baik. Kedua, ia menyoroti perhatian pada hal-hal kecil dan detail, apakah yang dilakukan sudah benar sesuai regulasi agar tidak terjadi 'mis' dalam keputusan dan kebijakan. Ketiga, ia menekankan konsistensi terhadap segala hal yang dilakukan, menghindari hipokrit, lemah terhadap tekanan, apalagi tergiur iming-iming.
Aspek konsistensi dan lingkungan pendukung juga ditekankan oleh GTK lain. Dahlia Lusiana Febriati, SE dari MTsN Manokwari (51-60 tahun) berpendapat bahwa menciptakan pengalaman, kebiasaan, dan lingkungan yang membuat kejujuran terasa bernilai dan bermakna adalah kunci. Ia juga menyarankan untuk melibatkan mereka dalam kegiatan antikorupsi, menjadi teladan yang konsisten, melakukan diskusi terbuka tentang nilai, mengapresiasi tindakan berintegritas, serta membangun lingkungan yang aman dan berempati. Havizhah, S.Pd dari MTs N 4 Batang Hari (31-40 tahun) menambahkan bahwa strategi dapat mencakup membangun komunikasi terbuka, memberikan penghargaan, dan menciptakan lingkungan yang mendukung.
Edukasi, Iman, dan Disiplin
Beberapa GTK juga menyoroti peran edukasi dan penguatan spiritual. Asep Prasetyo S.Or dari MTsN 4 Batanghari (31-40 tahun) menyatakan akan memberikan edukasi kepada para siswa agar memperkuat iman dan taqwa sehingga akan terbiasa menjalani kehidupan dengan benar dan otomatis akan menjauhi semua larangan sehingga sikap integritas akan tercipta kuat. Fatmawati, S.Ag., M.Pd dari MTsN 2 Batang Hari (51-60 tahun) menambahkan bahwa seorang pemimpin harus memberikan edukasi pemahaman tentang integritas, membangun kepercayaan, memberikan penghargaan, dan memanusiakan manusia.
Hasminiyeti S, S.Ag., M.Pd dari MTsN 1 Kerinci (41-50 tahun) menyoroti pentingnya menerapkan kedisiplinan dan menanamkan karakter yang baik pada warga madrasah, sementara Safdai Yanti, S Pd.I dari MTsN 1 Batanghari (31-40 tahun) menekankan bahwa harus selalu bersikap disiplin dan bertanggung jawab dalam mengemban tugas yang dijalankan.
Pendekatan Holistik dan Memanusiakan Manusia
Ruslan Asis, S.Pd dari MAN 2 Tanjung Jabung Timur (41-50 tahun) merangkumnya dengan filosofis: "Sebagai pendidik, orang tua, atau pemimpin, tugas utama bukan hanya mengajar orang jadi pintar, tapi jadi benar. Menanamkan integritas berarti membangun generasi yang bisa dipercaya, berani berkata benar, dan kuat menolak ketidakadilan, bahkan ketika itu tidak populer."
Selain itu, Rumini, S.Ag dari MTsN 4 Batang Hari (41-50 tahun) akan menggunakan cerita dan contoh untuk mengajarkan nilai-nilai integritas agar lebih mudah dipahami dan diingat. Sri Wahyuni, S.Pd dari MAN Kutai Barat (51-60 tahun) menyebutkan pendekatan klasikal saat mengajar dengan menyelipkan nilai-nilai integritas yang dikaitkan dengan materi pada saat itu. Dasmiyanti, S.Pd.I. dari MAN 3 Batang Hari (41-50 tahun) secara singkat namun jelas menyatakan akan menanamkan sifat integritas yang tinggi pada anak didik.
Dari berbagai pandangan ini, terlihat benang merah bahwa penanaman nilai integritas memerlukan pendekatan yang holistik, dimulai dari keteladanan diri, didukung oleh konsistensi, perhatian terhadap detail, lingkungan yang kondusif, edukasi yang berkelanjutan, serta penguatan spiritual dan disiplin. Semua ini bertujuan untuk membentuk individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter dan dapat dipercaya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI