Pagi tanggal 12 Februari 2025, Â aroma buku-buku baru bercampur dengan bau kertas lama memenuhi perpustakaan MTsN Bandar Lampung. Beberaoa pustakawan Ahmad Sapar, Arija, Rudi, Eko, Parindra, dan Laksmi Holifah sibuk mencatat data peminjaman siswa kelas 9I. Kepala Madrasah, Hartawan, yang sesekali meninjau kegiatan ini, tampak tersenyum bangga menyaksikan geliat literasi yang hidup. Sementara Winarno, Kepala Perpustakaan, terus memberikan motivasi agar literasi tidak sekadar wacana, tapi menjadi budaya.Â
Perpustakaan MTsN Bandar Lampung terasa tenang. Hanya bunyi ketukan keyboard Rudi, pustakawan yang selalu sibuk, yang sesekali memecah keheningan. Udara pagi yang sejuk dan sedikit berbau lemari kayu tua menyelimuti ruangan. Tepat pukul 07:57, Fahry Kurniawan datang, wajahnya menunjukkan semangat pagi. Ia meminjam buku IPS Terpadu. Rudi mencatat nama Fahry, anak itu cukup sering ke perpustakaan.
Tak disangka, Fahry kembali hanya dalam hitungan jam. Pukul 11:00, buku IPS itu sudah kembali ke meja. "bagus banget buku ini saya menyukainya," tulis Fahry di kolom catatan. Rudi tersenyum. Ia suka melihat antusiasme seperti itu. Rasanya seperti mencicipi minuman lemon dingin di hari yang terik.
Beberapa hari kemudian, pada tanggal 15 Februari, Annesa Izzati Chaniago meminjam buku Bahasa Indonesia kelas 9. Namun, saat mengembalikan, ada catatan unik: "buku satu lagi dipinjam / dibawa sama bu fitri." Rudi sedikit mengernyitkan dahi, suara pena yang menggores kertas terdengar jelas saat ia mencatat kejadian itu. Ah, ada-ada saja drama buku yang nyasar.
Bulan Maret tiba, membawa cerita baru. Pada tanggal 7, Ahmad Jaabir Akasyah meminjam "majalah islam ar risalah", dan tak lama kemudian Ahmad Januar Khalid datang meminjam "sang alkemis paulo coelho". Aroma kertas majalah yang baru dibuka masih tercium samar. Pukul 09:40, Ahmad Januar Khalid sudah mengembalikan bukunya dengan catatan yang mendalam: "mendengarkan hati kita dan belajar untuk tidak berlebihan dalam mencintai diri sendiri." Rudi membaca kalimat itu dan merenung sejenak. Beberapa saat kemudian, Ahmad Jaabir Akasyah menyusul, "Sangat Bagus Dan Banyak Hikmah Yg Bisa Di Ambil," tulisnya untuk majalah Islam. Rudi bisa membayangkan cahaya hangat dari pemahaman baru yang didapatkan anak-anak ini.
Kembali ke bulan Januari, tepatnya tanggal 7. Fahry Kurniawan kembali muncul. Kali ini ia meminjam buku SKI. Rudi tak heran, Fahry memang rajin. "BAGUS," tulis Fahry saat mengembalikan buku SKI itu beberapa jam kemudian. Keesokan harinya, tanggal 8 Januari, Fahry kembali meminjam IPS Terpadu, dan seperti biasa, ia mengembalikannya dengan cepat, menulis "BAGUS".
Pada tanggal 17 Januari, M. Zaky Naufaldie meminjam buku Bahasa Indonesia. Pukul 11:09, Zaky sudah mengembalikan bukunya. "bagus," catatnya singkat. Rudi menatap buku-buku yang tersusun rapi di rak. Setiap buku, setiap nama, setiap tanggal, dan setiap komentar adalah bagian dari sebuah narasi besar di perpustakaan ini. Sebuah narasi tentang ilmu, tentang rasa ingin tahu, dan tentang bagaimana sebuah bacaan dapat membentuk pikiran. Dan Rudi, sebagai pustakawan, adalah penjaga dari semua kisah itu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI