Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

MTsN 1 Bandar Lampung; Menyulam Ilmu, Merajut Makna Lewat Buku

26 Juni 2025   17:30 Diperbarui: 26 Juni 2025   17:30 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore di perpustakaan MTsN 1 Bandar Lampung terasa tenang dan damai. Udara sejuk dari pendingin ruangan menyapa setiap pengunjung, membawa aroma khas buku-buku lama yang melapisi rak-rak kayu jati. Di meja sirkulasi, petugas perpustakaan---Parindra, Eko, Rudi, Arija, dan Sapar---sibuk menata tumpukan buku yang baru dikembalikan. Jemari mereka merasakan tekstur kertas yang beragam, dari yang licin hingga yang kasar. Laksmi, sang pustakawan, tersenyum bangga di balik layar monitornya. Ia baru saja selesai merekap data literasi kelas 8F tahun 2025.

"Lihat ini, teman-teman," ujar Laksmi dengan suara pelan agar tidak mengganggu keheningan. "Kelas 8F ini luar biasa. Komentar mereka jujur dan mendalam."

Sapar melirik layar, melihat nama-nama seperti Kamila Husnia, Keyla Dania Syafira, dan Zaskya Putri Priyandra. "Ah, mereka. Sering sekali pinjam kamus," komentarnya.

"Dan lihat catatan mereka," sambung Laksmi, menyorot kolom komentar. "'Sangat membantu menambah kosakata', 'pengetahuan bahasa'. Mereka tahu betul apa yang mereka butuhkan," jelas Laksmi.

"Betul, Bu. Saya pernah melihat Kamila membaca kamus dengan sangat serius, seperti sedang mencari harta karun," timpal Rudi, mengingat pandangan mata Kamila yang fokus dan tidak berkedip.

Tak lama kemudian, Bapak Kepala Madrasah, Hartawan, memasuki ruangan. Beliau membawa nampan berisi teh hangat dengan aroma melati yang begitu kuat, dan beberapa potong kue bolu cokelat yang lembut dan manis.

"Silakan dinikmati," sapa Pak Hartawan sambil tersenyum. "Ada berita baik apa hari ini?"

Laksmi dengan antusias menjelaskan tentang data kelas 8F, terutama menyoroti Faiz Altaf Arrasyid. "Faiz ini, Pak, peminjam paling aktif. Ia meminjam buku dari IPA, Fiqih, bahkan sampai Abu Nawas. Komentarnya singkat, 'menambah ilmu dan menyenangkan'."

"Dan dia juga bilang 'menambah pengetahuan tentang kemanusiaan' saat mengembalikan buku," tambah Arija, mengingat catatan tulisan tangan Faiz yang rapi.

Pak Hartawan mengangguk-angguk. Ia bisa merasakan kehangatan dari teh di cangkirnya, sama seperti kehangatan dari semangat membaca yang ditunjukkan Faiz.

"Ini yang saya cari," kata Pak Hartawan. "Literasi bukan hanya soal angka, tapi soal kesan yang ditinggalkan. Komentar-komentar itu seperti cermin dari jiwa mereka."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun