- Nama: Richen Aria Dwi Pamungkas                                 Â
- NIM: 2025001021049
- Prodi: S1 Management
- Kelompok: Mpu Nala
Urgensi Pembentukan Karakter dan Perilaku Etis pada Gen Z di Dunia Perkuliahan
Generasi Z, yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, kini mendominasi populasi mahasiswa. Mereka adalah digital native sejati, terbiasa dengan akses informasi yang tak terbatas, konektivitas global, dan dinamika media sosial yang serba cepat. Namun, di balik kemudahan ini, ada tantangan besar: urgensi pembentukan karakter dan perilaku etis yang kuat. Perguruan tinggi bukan hanya tempat untuk menimba ilmu akademis, tetapi juga "laboratorium" bagi pembentukan integritas moral dan etika.
Tantangan Etika di Era Digital
Kemudahan akses informasi melalui internet dan media sosial seringkali membuat batas antara kebenaran dan kebohongan menjadi kabur. Plagiarisme menjadi ancaman serius karena banyak mahasiswa menganggapnya sebagai hal sepele, cukup dengan menyalin-tempel informasi dari internet tanpa mencantumkan sumber. Selain itu, integritas akademik juga tergerus oleh praktik joki tugas atau ujian yang marak.
Di ranah sosial, etika bermedia sosial sering diabaikan. Cyberbullying dan penyebaran berita palsu (hoax) menjadi fenomena yang kerap terjadi. Mahasiswa Gen Z perlu menyadari bahwa setiap jejak digital meninggalkan konsekuensi, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Karakter yang kuat dan etika yang baik sangat diperlukan untuk menavigasi kompleksitas ini, memastikan mereka menggunakan teknologi secara bijak dan bertanggung jawab.
Peran Kampus dalam Pembentukan Karakter
Perguruan tinggi memiliki peran krusial dalam menanamkan nilai-nilai etis. Ini bukan hanya tugas mata kuliah Etika atau Agama. Pembelajaran holistik adalah kuncinya.
- Integrasi Etika dalam Kurikulum: Nilai-nilai etis harus disisipkan di setiap mata kuliah. Misalnya, pada mata kuliah Desain Komunikasi Visual, dosen bisa mengajarkan etika penggunaan karya orang lain. Di kelas Bisnis, etika bisnis dan tanggung jawab sosial perusahaan bisa dibahas.
- Keteladanan Dosen dan Staf: Dosen dan staf harus menjadi contoh nyata. Keterlambatan, ketidakjelasan informasi, atau bahkan praktik akademis yang kurang etis dari pihak pengajar bisa menjadi preseden buruk bagi mahasiswa.
- Penguatan Organisasi Mahasiswa: Organisasi mahasiswa dapat menjadi wadah efektif untuk melatih kepemimpinan, tanggung jawab, dan kerjasama. Melalui kegiatan sosial, diskusi, dan proyek, mahasiswa belajar berinteraksi secara etis dan membangun komunitas yang suportif.
- Kebijakan dan Penegakan Aturan yang Tegas: Kampus harus memiliki kebijakan yang jelas tentang plagiarisme, kekerasan, dan pelanggaran etika lainnya. Penegakan aturan yang konsisten akan mengirimkan pesan bahwa integritas adalah nilai yang tidak bisa ditawar.
Karakter dan Etika: Investasi Masa Depan
Bagi Gen Z, memiliki karakter yang kuat dan perilaku etis adalah modal berharga di dunia kerja yang kompetitif. Perusahaan saat ini tidak hanya mencari individu yang cerdas secara akademis, tetapi juga mereka yang memiliki kemampuan beradaptasi, berkolaborasi, dan berintegritas. Perilaku etis di kampus, seperti kejujuran dalam mengerjakan tugas, menghargai pendapat orang lain, dan bersikap profesional, secara langsung membentuk fondasi bagi karier yang sukses.
Ringkasnya, pembentukan karakter dan etika pada Gen Z di perguruan tinggi adalah sebuah keharusan. Ini bukan hanya tentang memenuhi tuntutan moral, tetapi juga tentang menyiapkan mereka menjadi pemimpin masa depan yang jujur, bertanggung jawab, dan mampu membawa perubahan positif di tengah masyarakat. Perguruan tinggi harus menjadi mercusuar yang memandu para mahasiswa tidak hanya untuk menjadi profesional yang kompeten, tetapi juga pribadi yang utuh.