Sudah lewat keriuhan Pacu jalur dan aura farming, siapa yang menyagka kemarin bisa berhasil menjadi ladang panen atensi dunia. Tapi apa insight dari kesuksesan kemarin dan pelajaran penting apa yang tak terlihat oleh kebanyakan tim Kementerian?
Gegap gempita joget aura farming Pacu Jalur begitu heboh dan viral di mana-mana bahkan termasuk seleb dunia. Kontan saja para pejabat, tokoh, bahkan berbagai menteri di banyak kementerian seolah wajib ikutan "goyang aura farming". Sampai pada sesi hiburan acara 17-an di Istana pun mendapat sesi khusus yang bikin heboh hadirin dan penonton.
Para pejabat dan kementerian tentu saja ikut mengangkat dan menarasikan pacu jalur dari aspek kebudayaan lokal yang go-global. Tentu ini baik dan bagus, namun ada pelajaran penting yang layak diulik, namun nampaknya terabaikan oleh tim kreatif para pejabat dan kementerian. Apa itu? Yaitu bagaimana peran media-sosial yang bisa menjadi pemantik ini semua?
Siapa yang mengira, jika semua ini berawal dari sebuah video si anak yang menari di depan perahu, lalu ada yang mengunggahnya di media sosial sambil dipadukan dengan lagu rap Melly Mike, kemudian ditambah takarir dan tagline istilah "aura farming" yang memang sedang tren dan terkenal di media sosial. Semua seakan-akan teracik dengan kombinasi pas yang menyentuh dan mengena "rasa" atau emosi kebanyakan orang di medsos (utamanya Tiktok) pada waktu yang berdekatan. Di tambah lagi gerakan yang mudah diikuti ini mencuri perhatian khalayak netizen yang FOMO - maka jadi lah sebuah konten yang globally virality.
Nah, dari sini kita dapat mengambil pelajaran bahwa di era medsos sekarang, sebuah konten sudah seharusnya mempertimbangkan gabungan dari beberapa item konten menjadi satu konten kombinasi. Item konten itu adalah: video itu sendiri, lagu pengiring, joget atau gerakan khas yang mudah ditiru, dan istilah atau tagline yang terbaca keren atau mudah diingat. Ada yang tahu video viral Tepuk Sakinah? Lebih mengena mana, sebutan Tepuk Sakinah? Goyang Sakinah? atau Joget Sakinah? Ketiganya bermakna sama, namun mana yang menurut kalian lebih mengena dan pas? Kuncinya adalah harus mengena.
Apakah dengan cara dan formula tadi menjamin konten kita akan going viral? Pastinya belum tentu.. namun jika pola dan formula ini sering dilakukan secara ulang dan rutin, perlahan-lahan akan menemukan kliknya, insting viralnya pun bisa jadi muncul belakangan?
Semoga racikan dan cara ini mendapat perhatian tim kreatif medsos Kementerian, untuk dicoba dan direplika di konten-konten lainnya. Agar konten-konten buatan kementerian dan lembaga tidak gitu-gitu terus.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI