Mohon tunggu...
Motulz Anto
Motulz Anto Mohon Tunggu... Creative advisor

Kreativitas - Teknologi - Kebudayaan | Pemerhati kebijakan & isu sosial | Pengamat dan Penikmat Kreativitas, Pelaku Kreatif | Ekonomi Kreatif | Artificial Intelligence (AI)

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Industri Semikonduktor Nasional? Seriusan?

12 September 2025   15:16 Diperbarui: 12 September 2025   15:16 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah hiruk-pikuk pengembangan teknologi AI, ternyata Indonesia diam-diam ingin membangunkan kembali industri semikonduktor nasional yang dulu sempat berjaya. Bagaimana caranya?

Beberapa hari lalu di ITB Bandung, berkumpul ribuan orang pintar se-Indonesia, mulai dari kandidat doktor sampai profesor dari berbagai perguruan tinggi hebat di Indonesia. Pembukaannya pun menarik, Presiden Prabowo memberikan semacam kuliah umum selama 2,5 jam! yang diakhiri dengan standing applause dari peserta, membahas tentang bagaimana Indonesia membutuhkan peran nyata dari para ilmuwan, saintis, dan para pakar ini untuk lepas dan lolos dari jerat masalah yang mengikat kita selama puluhan tahun. Tidak menyangka juga, jika Presiden begitu gamblang dan terbuka menceritakan apa adanya tentang kelemahan dan kebobrokan negara kita yang pertanyaannya kini, apa kita hanya terus mengutuk keadaan? atau berkumpul bersama mencari jalan keluar yang solusif?

Salah satu tantangan dari Presiden Prabowo adalah, bagaimana caranya agar sains dan teknologi bisa punya peran penting dalam memajukan pertumbuhan ekonomi bangsa? Ternyata dijawab langsung oleh para ahli, salah satunya dengan membangun kembali industri semikonduktor.

Indonesia memang pernah sempat punya industri semikonduktor di akhir tahun 1970-an, di saat dunia sedang heboh dengan perkembangan perabot elektronik rumah tangga. Sayangnya kebijakan pemerintah saat itu terlalu mencekik para pengusaha dan investor asing, akhirnya mereka lebih memilih pergi dan pindah ke negara-negara tetangga kita, seperti Malaysia.
OK, jangan juga terkecoh. Industri semikonduktor memang adalah industri chip seperti yang sedang heboh di dunia AI, namun tidak semua chip itu artinya relate dengan AI. Chip itu tersedia dalam beragam jenisnya, jenis yang paling sederhana seperti yang ada di smartcard, hingga yang paling luar biasa yang digunakan untuk AI.

Chip yang digunakan untuk perabot elektronik rumah tangga seperti remote TV dan AC misalnya, itu chip sederhana yang Indonesia bisa membuatnya. Apalagi chip di dalam smartcard yang kita pakai untuk kartu ATM atau credit card, kita sudah bisa produksi. Di ITB kemarin saya lihat pemain kunci di industri ini adalah PT. LEN dan PT.INTI, lalu saya baru tahu ada yang namanya ICDEC (Indonesia Chip Design Collaborative Center), yaitu sebuah perkumpulan nirlaba yang fokus pada pengembangan desain chip.
Jadi ternyata, Indonesia itu punya potensi besar untuk menjadi pemain pada desain chip. Walaupun saat ini profesi desainer chip masih sangat langka, namun profesi ini diyakini dapat menjadi batu pijakan awal untuk Indonesia masuk ke dalam kancah industri semikonduktor dan chip global.

Kolaborasi sudah terbangun, mulai dari perusahaan, pemerintah, dan kampus sebagai penyedia talenta-talentanya. Optimis pun datang dari perusahaan negara (BUMN) yang bercerita bagaimana saat ini mereka lebih mudah mencari pembiayaan untuk riset dan pengembangan lewat Danantara. Sebelumnya sangat sulit sekali.

Kini jalan sudah terbuka lebar, semangat dan inisiatif pun sudah terjaga, semua stakeholder pun sudah berada pada harapan dan keyakinan yang sama. Semoga ini menjadi awal baik bagi Indonesia untuk kembali bangkit dan berlari menjadi pemain semikonduktor lagi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun