Mohon tunggu...
Motulz Anto
Motulz Anto Mohon Tunggu... Freelancer - Creative advisor

Pemerhati Kebijakan | Wacana Sosial | Pengamat dan Penikmat Kreativitas, Pelaku Kreatif | Ekonomi Kreatif | motulz.com | geospotter.org | motulz@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Quick Count, Hisab, dan Rukyat

21 April 2019   11:06 Diperbarui: 21 April 2019   11:57 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada tokoh-tokoh Islam menentang hasil penghitungan Quick Count Pemilu 2019. Alasannya bermacam-macam, tapi saya tak akan bahas tentang itu. Namun ada anggapan jika penghitungan Quick Count ini curang dan bohong, yang menyebabkan diprotes oleh kubu yang sama saat kalah Pilpres 2014. Saat ini mereka protes lagi karena hasilnya tidak sesuai dengan harapan mereka.

Lantas.. apa sih yang salah dari Quick Count?

OK.. Saya sih bukan ahli statistik, tapi yang saya tahu - Quick Count ini dilakukan dengan cara matematis, ada rumus, metode, dan penghitungan-penghitungan khusus yang hanya bisa dilakukan oleh ahlinya. Lantas kenapa hasilnya bisa beda-beda?

Sebagai orang Islam, sebetulnya kita sudah akrab dengan metode penghitungan model Quick Count ini, contoh yang paling mendekati adalah metode HISAB saat menentukan awal Ramadhan. Hisab artinya mencari tahu kapan masuknya bulan Ramadhan dengan penghitungan matematis yang menurut ahlinya dihitung dengan hitungan astronomis dari posisi bulan. Balik lagi, saya bukan ahli astronomi namun metode ini mirip. 

Bagi kelompok Islam tertentu, mereka cukup meyakini datangnya Ramadhan lewat "sampling" dari posisi-posisi bulan jauh-jauh hari sebelum mendekati bulan Ramadhan.

Sementara metode satunya yang tanpa hitungan matematis adalah RUKYAT, yaitu menentukan masuknya Ramadhan dengan cara semua ahli agama harus melihat langsung ke ufuk, baik dengan mata langsung atau dengan teropong. Dilakukannya pun harus beberapa hari bahkan beberapa jam menuju pergantian bulan.

Sejak reformasi, umat Islam di Indonesia rasanya selalu kebingungan dalam menentukan kapan mulai Ramadhan. Kelompok Islam tertentu menentukan hari A lewat metode perhitungan HISAB, sementara kelompok Islam lainnya menggunakan metode melihat langsung atau RUKYAT. Namun pada akhirnya semuanya sama-sama menjalani Puasa Ramadhan.

Jika kita memahai tujuan kedua metode tadi seharusnya kita tak perlu gusar dengan penghitungan Quick Count atau Real Count. Gampangnya, Quick Count itu adalah metode hisab dan real count itu adalah metode rukyat. Tak heran jika bagi mereka yang meyakini penghitungan lewat kertas suara, maka harus menunggu di hari-hari terakhir pengumuman hasil penghitungan suara.

Nah.. bagi mereka yang masih tabu atau tak percaya dengan quick count ini, maka bayangkan saja penghitungan ini tidak berbeda dengan penghitungan hisab di saat Ramadhan dan Idul Fitri. Kita bisa sudah tahu kapan jatuhnya lewat kalender yang terbit setahun sebelumnya.

Lantas pertanyaannya, mana yang lebih benar antara hisab dan rukyat? Pada akhirnya hasil dari hisab dan rukyat itu tidak jauh beda, hampir pasti sama dan jika beda selesihnya pun hanya satu hari. Kenapa bisa demikian? Ya karena itu semua berkat kemajuan sains dan ilmu penghitungan tentunya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun