Mohon tunggu...
Eko Saputra
Eko Saputra Mohon Tunggu... Educator

Educator

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Opini: Tes Kemampuan Akademik (TKA) akan Menjadi Media Pertaruhan Sekolah Rakyat

16 September 2025   13:30 Diperbarui: 16 September 2025   13:30 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Sekretariat Kepresidenan (Youtube)

Di banyak sekolah, kita sudah lama mendengar istilah "sedekah nilai". Rapor yang dikatrol, ujian yang penuh kompromi, bahkan standar kelulusan yang dibuat lunak demi menjaga citra sekolah. Semua itu menjadi rahasia umum yang jarang disentuh serius oleh kebijakan.

Kementerian sebenarnya tahu praktik ini terjadi. Tapi jika berani mengusik, akan muncul histeria massal: protes guru, kegaduhan orang tua, dan ambruknya reputasi sekolah. Karena itu, jalan yang lebih aman adalah membuat Tes Kemampuan Akademik (TKA).

TKA Sebagai "Filter Darurat"

TKA diposisikan sebagai filter objektif: menguji kemampuan logika, numerik, dan verbal calon mahasiswa atau peserta seleksi. Namun di balik itu, ada fungsi yang lebih subtil: TKA menggantikan peran rapor dan nilai sekolah yang sudah tidak dipercaya sepenuhnya.

Dengan adanya TKA, kementerian bisa berkata: "Kami punya tolok ukur objektif." Padahal, itu juga sekaligus pengakuan tak langsung bahwa sistem penilaian di sekolah rapuh, rawan manipulasi, dan tidak konsisten.

Menghindari Histeria Guru dan Masyarakat

Bayangkan jika kementerian berani mengaudit rapor atau menuntut standar ujian yang ketat. Ribuan guru bisa merasa terancam. Orang tua murid pun bisa marah karena anak-anaknya tiba-tiba dinyatakan tak layak.

Hasilnya: lebih aman menciptakan tes baru ketimbang membongkar "borok lama" di sekolah. Dengan begitu, tidak ada guru yang merasa disalahkan, tidak ada sekolah yang kehilangan muka, dan kementerian tetap punya instrumen seleksi.

TKA Sekolah Lama vs TKA Sekolah Rakyat

Namun cerita TKA tidak akan berhenti di sini. Ada dugaan kuat, dalam 2--3 tahun mendatang, kementerian akan membandingkan hasil TKA siswa sekolah lama dengan siswa Sekolah Rakyat.

Jika prediksi ini benar, maka TKA akan menjadi "senjata" pembuktian. Ketika skor TKA siswa Sekolah Rakyat lebih baik, itu akan dijadikan argumen bahwa:

  • Sekolah Rakyat lebih efektif dalam mendidik siswa.

  • Sistem lama memang bermasalah, karena guru-gurunya lebih suka nyaman ketimbang serius memperbaiki pembelajaran.

  • Reformasi pendidikan berbasis model baru (Sekolah Rakyat) lebih layak dilanjutkan.

Dengan kata lain, TKA yang hari ini dipakai sebagai jalan pintas menghindari histeria, besok bisa menjadi alat legitimasi untuk menegaskan bahwa sistem lama memang gagal.

TKA bukan sekadar tes akademik. Ia adalah cermin yang memperlihatkan wajah asli pendidikan kita. Hari ini ia dipakai untuk menghindari konflik dengan guru. Tapi besok, ia bisa menjadi bukti telak bahwa kenyamanan yang dipelihara sistem lama memang berujung pada rendahnya kualitas belajar.

Pertanyaannya: apakah guru-guru di sekolah lama siap menghadapi momen itu, atau akan tetap bertahan dalam zona nyaman hingga akhirnya kalah dibanding Sekolah Rakyat?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun