Mohon tunggu...
Morinda Sari
Morinda Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa

hobi saya membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengembangan Pembelajaran Dalam Mengoptimalkan Fungsi Otak Anak

10 Juni 2025   19:46 Diperbarui: 10 Juni 2025   19:46 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

ABSTRACT

This research aims to analyze how the development of learning in early childhood education institutions can optimize the brain functions of young children through a literature approach. The brain functions of children develop rapidly during the golden age, requiring appropriate learning strategies. This research uses descriptive qualitative methods through literature studies from various national academic sources over the past seven years. The results show that the use of strategies such as multisensory learning, exploration-based play, and a stimulating environment can optimally support the brain function development of children.

Keywords: Child Brain, Early Childhood Education, Brain Function Development, Early Stimulation, Learning Management

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengembangan pembelajaran di lembaga PAUD dapat mengoptimalkan fungsi otak anak usia dini melalui pendekatan literatur. Fungsi otak anak berkembang pesat pada masa golden age sehingga membutuhkan strategi pembelajaran yang tepat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif melalui studi pustaka dari berbagai sumber akademik nasional dalam tujuh tahun terakhir. Hasil studi menunjukkan bahwa penggunaan strategi seperti pembelajaran multisensori, bermain berbasis eksplorasi, dan lingkungan yang kaya stimulasi mampu mendukung perkembangan fungsi otak anak secara optimal.

Kata Kunci: Otak Anak, Pembelajaran PAUD, Pengembangan Fungsi Otak, Stimulasi Dini, Manajemen Pembelajaran

PENDAHULUAN

Anak usia dini berada dalam masa keemasan (golden age), yaitu periode di mana otak berkembang sangat pesat mencapai hingga 80% dari kapasitas dewasanya. Dalam konteks manajemen PAUD, penting bagi pendidik dan pengelola lembaga untuk memahami bagaimana pembelajaran yang disusun dan diterapkan dapat mengoptimalkan perkembangan otak anak. Fungsi otak yang optimal berperan penting dalam proses kognitif, emosional, sosial, dan motorik anak. Oleh karena itu, pembelajaran tidak hanya difokuskan pada penguasaan materi, tetapi juga harus menstimulasi berbagai bagian otak secara seimbang dan terarah (Yustina & Wardhani, 2020).

Sayangnya, banyak lembaga PAUD masih mengabaikan prinsip-prinsip perkembangan neurosains ini, dan cenderung menekankan kegiatan hafalan atau akademis yang belum sesuai dengan tahap perkembangan otak anak. Untuk itu, perlu dilakukan riset sederhana guna merumuskan strategi pembelajaran yang mampu mengintegrasikan pendekatan berbasis otak ke dalam manajemen pembelajaran PAUD.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif melalui pendekatan studi literatur (library research). Sumber data diperoleh dari jurnal nasional terakreditasi dan buku ajar pendidikan anak usia dini yang diterbitkan dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir (2018--2024). Penelusuran dilakukan melalui database seperti Garuda, Google Scholar, dan Sinta. Fokus analisis diarahkan pada konsep, strategi, dan implementasi pembelajaran berbasis fungsi otak anak, serta bagaimana manajemen PAUD dapat mengadopsi prinsip-prinsip tersebut dalam kegiatan belajar mengajar.

ANALISIS DATA

Berdasarkan kajian literatur yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa strategi pembelajaran yang terbukti mampu mengoptimalkan fungsi otak anak usia dini:

1.Pendekatan Bermain (Learning through Play)

Bermain adalah aktivitas alami yang dapat merangsang prefrontal cortex, yang berperan dalam pengambilan keputusan dan regulasi emosi (Suhartini, 2019).

2.Pembelajaran Multisensori

Menggunakan lebih dari satu indera dalam proses belajar (pendengaran, penglihatan, perabaan) terbukti dapat meningkatkan jalur saraf dan memori jangka panjang (Utami & Rahayu, 2021).

3.Kegiatan Musik dan Seni

Musik dan kegiatan seni lainnya merangsang belahan otak kanan, yang berfungsi dalam kreativitas dan ekspresi emosi. Anak yang terpapar musik sejak dini cenderung memiliki IQ verbal dan spasial yang lebih tinggi (Fitriani, 2020).

4.Storytelling dan Role Play

Aktivitas ini mengaktifkan area Broca dan Wernicke di otak yang berhubungan dengan bahasa dan pemahaman sosial.

5.Gerak dan Motorik Kasar

Aktivitas fisik membantu meningkatkan suplai oksigen ke otak, mempercepat koneksi saraf, dan memperkuat sistem limbik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari kajian pustaka, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang disusun dengan mempertimbangkan kerja otak secara holistik menghasilkan peningkatan signifikan dalam kemampuan kognitif, sosial, dan emosional anak. Lembaga PAUD yang mengintegrasikan pembelajaran multisensori dan kegiatan berbasis eksplorasi cenderung memiliki anak-anak yang lebih fokus, memiliki daya tahan emosi lebih baik, dan mampu berinteraksi sosial secara positif.

Namun, terdapat tantangan dalam implementasi strategi ini, yaitu kurangnya pelatihan guru tentang neurosains pendidikan, keterbatasan sarana pendukung seperti alat permainan edukatif yang memadai, dan minimnya evaluasi berbasis perkembangan otak. Oleh karena itu, manajemen pembelajaran di PAUD harus diperkuat melalui pelatihan rutin, penyusunan kurikulum berbasis otak (brain-based curriculum), dan kolaborasi dengan orang tua.

Sebagai bagian dari manajemen mutu, pembuatan brosur lembaga yang menampilkan program stimulasi otak anak, penggunaan alat permainan edukatif, serta jadwal kegiatan berbasis fungsi otak dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap layanan PAUD tersebut.

KESIMPULAN

Pengembangan pembelajaran dalam manajemen PAUD harus berorientasi pada optimalisasi fungsi otak anak. Dengan pendekatan yang berbasis neurosains, pendidik dapat mendesain kegiatan pembelajaran yang menyenangkan sekaligus efektif dalam membentuk koneksi saraf yang kuat dan seimbang. Untuk itu, lembaga PAUD memerlukan strategi manajerial yang adaptif, kolaboratif, dan berbasis data perkembangan anak. Investasi pada pelatihan guru dan penyediaan sarana edukatif akan menjadi kunci keberhasilan manajemen PAUD berbasis fungsi otak.

DAFTAR PUSTAKA

Fitriani, N. (2020). Peran Musik dalam Perkembangan Otak Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak, 5(2), 50--58.

Suhartini, E. (2019). Strategi Bermain Sambil Belajar untuk Stimulasi Otak Anak. Jurnal Ilmu Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1), 12--20.

Utami, T. A., & Rahayu, S. (2021). Pembelajaran Multisensori dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 6(3), 85--93.

Yustina, L., & Wardhani, R. (2020). Penerapan Neurosains dalam Pembelajaran Anak Usia Dini. Jurnal Ilmiah PGPAUD, 4(2), 33--42.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun