Mohon tunggu...
Monicha Sembiring
Monicha Sembiring Mohon Tunggu... Mahasiswa

hai

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Komunitas Religius dalam Masyarakat

29 Juni 2021   22:00 Diperbarui: 30 Juni 2021   15:54 1079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Komunitas yang berkaitan dengan spiritualitas atau keagamaan tidak hanya sebatas pada upacara dan simbol agama saja. Mereka adalah relational community yakni komunitas yang terbentuk atas dasar hubungan interpersonal dan sense of community. 

Psikolog komunitas merasa spiritualitas adalah sesuatu yang diekspresikan dalam persekutuan dengan orang lain, bukan hanya keyakinan atau praktik individu (Kloos et al., 2012). Maka dari itu, komunitas religius ini biasanya lebih berfokus pada tindakan dan penerapan terhadap pengalaman seperti pelayanan sosial atau membentuk keadilan sosial. Saling membantu dan mendukung antar komunitas religius adalah suatu bentuk menjaga komunitas agar tetap utuh dan dorongan manusia untuk membantu orang lain merupakan tindakan prososial. Tindakan prososial merupakan tindakan menolong, berbagi, berkorban demi orang lain  (Ashar et al., 2018). 

Contoh dalam kasus ini komunitas religius yang mendukung komunitas lain adalah Komunitas Gereja Katolik Santo Paulus Jajag Banyuwangi yang mendukung dan menolong komunitas pondok pesantren Darussalam Banyuwangi. Bukan hanya mengandalkan pemerintah  saja, komunitas Gereja Katolik Santo Paulus Jajag memutuskan untuk ikut serta dalam memberikan bantuan sosial. 

Mereka menyumbangkan sumber daya yang penting bagi masyarakat, terutama masyarakat yang membutuhkan dan menganjurkan keadilan sosial. Komunitas religius ini pun semakin dianggap penting mengingat dampaknya yang besar bagi masyarakat. Dari contoh-contoh ini dapat dilihat bahwa perbedaan agama tidak selalu berujung menjadi perpecahan, melainkan dapat saling tolong menolong. 

Kasus ini membuktikan bahwa masih ada sikap toleransi dan saling menghargai antar umat beragama di Indonesia. Hanya saja memang tidak semua komunitas religius bisa menerapkannya. Beberapa komunitas religius meyakini perlunya mengekspresikan persekutuan ke orang lain, namun tidak ada tindakan nyata yang dalam pernyataan tersebut. Ajaran tertulis yang dianut oleh mereka seolah hanya tulisan, tanpa bisa memaknai. Konflik Poso misalnya, bukan pelayanan dan keadilan sosial yang ditunjukkan tetapi justru pertikaian antara dua agama yang terjadi. 

Komunitas religius ini juga memenuhi setidaknya empat dari tujuh nilai dasar dalam psikologi komunitas. Mereka berusaha memperkuat dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan individu, terutama 6000 anggota Pondok Pesantren Darussalam di Kabupaten Banyuwangi yang terinfeksi COVID-19 (individual and family wellness). 

Selain itu, mereka juga memperkuat dan memelihara hubungan antar komunitas yang berada di Banyuwangi. Mereka mengakui dan menghormati keragaman komunitas agama yang ada. Meski berbeda agama, anggota Gereja Katolik Santo Paulus Jajag Banyuwangi tidak segan-segan memberi bantuan kepada anggota Pondok Pesantren Darussalam. Meski tidak dibayar dan tidak mendapat imbalan apapun, para sukarelawan ini tetap tulus membantu dan tidak mempermasalahkan perbedaan yang ada di antara mereka. 

Dapat dilihat juga dari Gereja Paroki Hati Kudus Yesus yang memberikan tempat dan waktu kepada umat Muslim untuk melaksanakan salat Idul Fitri. Hal ini menunjukkan bahwa mereka respect for human diversity. Mereka juga mengalokasikan sumber daya yang ada kepada seluruh individu yang membutuhkan dengan adil. Meski tidak dijelaskan secara gamblang, tapi pernyataan bahwa disediakannya 6000 porsi setiap jam makan menunjukkan adanya keadilan yang merata (social justice). 

Anggota Gereja Katolik Santo Paulus Jajag Banyuwangi juga berkolaborasi dengan Badan Pemerintah Desa (BPD) Karangdoro dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Banyuwangi serta Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit untuk menyediakan makanan yang bergizi dan terhindar dari zat berbahaya seperti boraks dan formalin. Hal ini sejalan dengan nilai collaboration and community strengths, dimana berbagai pihak memiliki keterlibatan yang berarti untuk saling menolong. 

Tindakan yang dilakukan oleh Komunitas Gereja Katolik Santo Paulus Jajag Banyuwangi menunjukkan bahwa psikologi komunitas juga menyangkut banyak hubungan antara individu, komunitas, dan masyarakat. Sekalipun komunitas ini  berada dalam jenis  komunitas religius, tidak menghalangi Komunitas Gereja Katolik Santo Paulus Jajag Banyuwangi dalam memberikan bantuan kepada sesama. 

Komunitas ini melakukan tindakan yang memberikan manfaat bagi banyak orang yakni membantu orang lain tanpa membedakan latar belakang, terlebih sasaran yang dituju oleh komunitas Gereja Katolik Santo Paulus Jajag Banyuwangi adalah Pondok Pesantren Darussalam. Sumber daya yang dibagikan oleh komunitas Gereja Katolik Santo Paulus Jajag Banyuwangi pun dibagikan adil dan merata kepada orang-orang yang dibutuhkan. Hal tersebut harus benar-benar disorot agar dapat diteladani dan dicontoh oleh seluruh masyarakat Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun