Mohon tunggu...
monika utami
monika utami Mohon Tunggu... -

mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat UNSRI 2010

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pulau Kemarau, yang Akan Selalu Kemarau Meski di Tengah Sungai

30 Juni 2012   14:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:23 2417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pulau di tengah laut sepertinya sudah biasa. Tak disangka ternyata di tengah-tengah Sungai Musi di Palembang terdapat suatu pulau yang dinamakan Pulau Kemaro oleh penduduk setempat. Kemaro sendiri berasal dari bahasa Palembang, yang berati kemarau. Dinamakan demikian karena pulau ini tidak pernah digenangi air meskipun air sungai Musi meningkat, pulau ini akan tetap kering alias kemarau.

Perjalanan menuju Pulau Kemarau di tempuh menggunakan ketek atau perahu kecil. Kita dapat menyewa ketek di depan Benteng Kuto Besak (BKB), perjalanan yang ditempuh sekitar 25 menit dengan tarif sekitar Rp. 100.000,- per kapal. Tarif tersebut untuk perjalan pulang-pergi (PP). Pemilik ketek akan menunggu kurang lebih selama 3 jam atau tergantung kesepakatan. Angin sepoi-sepoi yang menerpa tubuh ditambah dengan goyangan kapal kekanan dan kekiri karena deburan gelombang air dari perahu besar yang lewat di dekat ketek menambah sensasi tersendiri dalam perjalanan ini.

Jika tidak suka berlama-lama di perjalanan, kita dapat menggunakan perahu boat, dengan tarif sekitar Rp. 150.000,- per kapal, waktu yang ditempuh hanya sekitar 15 menit tentu saja lebih cepat dibandingkan menggunakan ketek tapi sayangnya kita kurang bisa menikmati serunya di perjalanan.

Di atas Pulau Kemarau terdapat sebuah pagoda besar, klenteng, pohon cinta, patung-patung dan gundukan-gundukan tanah yang katanya adalah makam dari Siti Fatimah, Tan Bun An, dan pengawalnya.

13410647591225595878
13410647591225595878
13410648752061087741
13410648752061087741

Ada sebuah legenda yang diyakini masyarakat sebagai sejarah dari terbentuknya pulau ini. Di atas pulau kemarau ada sebuah batu prasasti yang menceritakan seperti ini "Ada legenda seorang putri raja bernama Siti Fatimah yang disunting oleh seorang saudagar Tionghoa yang bernama Tan Bun An pada zaman kerajaan Palembang, Siti Fatimah diajak kedaratan Tionghoa untuk melihat orang tua Tan Bun An setelah di sana beberapa watu Tan Bun An beserta istri pamit pulang ke Palembang dan dihadiahi 7 (tujuh) buah guci. Sesampainya di perairan Musi dekat Pulau Kemaro, Tan Bun An mau melihat hadiah yang diberikan, begitu dibuka Tan Bun An kaget sekali isinya sawi-sawi asin. Tanpa banyak berpikir langsung dibuangnya ke sungai, tapi guci terakhir terjatuh dan pecah di atas dek perahu layar, ternyata ada hadiah yang tersimpan di dalamnya, Tan Bun An tidak banyak berpikir ia langsung melompat ke sungai untuk mencari guci-guci tadi, sesorang pengawal juga terjun untuk membantu, melihat 2 (dua) orang tersebut tidak muncul Siti Fatimah pun ikut lompat untuk menolong, ternyata tiga-tiganya tidak muncul lagi, penduduk sekitar pulau sering mendatangi Pulau Kemarao untuk mengenang 3 (tiga) orang tersebut dan tempat tersebut dianggap sebagai tempat yang sangat keramat sekali".

13410649901450919337
13410649901450919337
13410651031132750081
13410651031132750081

Selain legenda mengenai pulau kemarau tersebut, di pulau ini juga terdapat mitos tentang pohon cinta. Konon katanya apabila seseorang menuliskan namanya dan pasangannya di pohon cinta tersebut maka jalinan cinta mereka akan semakin langgeng dan mesrah dan bagi yang belum memiliki pasangan bila menuliskan namanya dan nama orang yang disukainya maka suatu saat nanti mereka akan menjadi sepasang kekasih baru

1341065200970358817
1341065200970358817
13410652951339014910
13410652951339014910

Pulau Kemaro merupakan tempat yang spesial untuk etnis Thionghoa. Pulau ini akan ramai di datangi oleh para pengunjung etnis cina baik dari dalam maupun luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Cina dan beberapa negara lainnya terutama pada saat Cap Go Me. Selain melawati jalur sungai pada hari itu akan disediakan jembatan dari tongkang untuk memudahkan akses kesana. Pada saat Cap Go Me juga ada pertunjukkan seperti barongsai, liong, wayang orang, tanjidor dan band.Perayaan Cap Go Me bisa menjadi moment yang pas jika ingin berkunjung ke sini.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun