Jakarta sebagai ibukota Negara semestinya menjadi barometer bagi perkembangan demokrasi di Indonesia. Sungguh mengejutkan, bagaimana mungkin bisa terjadi di DKI masih ada saja pihak yang begitu berani melanggar hukum, bahkan secara vulgar melakukan “money politic” di minggu tenang.
- Panwas Jaktim OTT Oknum Relawan Ahok, Amankan 175 Karung Sembako
- Panwaslu Amankan 9 Mobil Box dan 11 Karung Sembako dari Simpatisan Ahok-Djarot
- Panwaslu Pergoki Simpatisan Ahok-Djarot Kirim 23 Sapi ke Kepulauan Seribu
- Panwaslu Jaktim Amankan Relawan Ahok-Djarot dan Sita Paket Sembako
- Panwaslu Tangkap Orang Bawa Spanduk Ahok-Djarot dan Bagi-bagi Sembako
- Lagi, Panwaslu Jakbar OTT Pendukung Ahok Bagi Sembako dan Brosur Kampanye Hitam
- Ratusan Paket Sembako dari Relawan Ahok-Djarot Gagal Beredar di Warakas
- Giliran Panwaslu Jakut Sita Ratusan Paket Sembako dari Relawan Ahok-Djarot
OTT tertangkapnya Tim Ahok-Djarot yang diberitakan di berbagai media nasional akan membuat mereka yang awalnya percaya pada kredibilitas calon yang disebut-sebut jujur dan anti korupsi, melihat fakta sebaliknya. Ternyata calon yang tadinya mereka idolakan, tidak sebaik yang selama ini dicitrakan. Hal ini akan memunculkan sikap antipati, pemilih rasional boleh jadi justru akan memilih calon lain yang tidak curang.
Minimal mereka akan memutuskan untuk golput saja karena kecewa. Alhasil, tambahan perolehan suara dari kalangan pragmatis akan dibarter dengan hengkangnya suara dari kelompok rasional yang muak terhadap watak asli calon yang tadinya hendak mereka pilih. Dengan demikian, bagi-bagi sembako yang boleh jadi akibat kepanikan calon yang merasa akan kalah, tidak akan menambah suara, tapi justru akan memperdalam tempat jatuhnya.