Tuberkulosis (TB) masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat, terlebih ketika berhubungan dengan HIV/AIDS. Salah satu bentuk TB yang paling berbahaya namun kurang dikenal oleh masyarakat adalah Tuberkulosis Milier.
Apa Itu Tuberkulosis Milier?
Tuberkulosis milier adalah bentuk TB diseminata, yaitu kondisi di mana bakteri Mycobacterium tuberculosis menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh. Penyebaran ini menyebabkan terbentuknya lesi-lesi kecil menyerupai biji-biji milia pada organ-organ vital seperti paru-paru, hati, sumsum tulang, dan otak.
Menurut World Health Organization (WHO), TB milier merupakan bentuk TB berat yang bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Diagnosis TB milier sering kali terlambat karena gejalanya yang tidak khas seperti demam berkepanjangan, penurunan berat badan, kelelahan, dan sesak napas.
Keterkaitan Erat TB dan HIV
TB merupakan penyebab utama kematian pada orang yang hidup dengan HIV (ODHA). Berdasarkan data WHO Global Tuberculosis Report 2023, sekitar 167.000 orang dengan HIV meninggal karena TB pada tahun 2022. HIV melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga meningkatkan risiko reaktivasi infeksi TB laten dan menyebabkan bentuk TB berat, termasuk TB milier.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menegaskan dalam Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis (2023)bahwa:
HIV merupakan faktor risiko utama terjadinya TB aktif, dan sebaliknya TB merupakan infeksi oportunistik yang paling sering ditemukan pada ODHA.
Artinya, hubungan keduanya sangat erat. Ketika HIV tidak terdeteksi dan tidak tertangani, risiko terkena TB meningkat tajam. Sebaliknya, pada pasien TB yang tidak kunjung membaik atau menunjukkan gejala sistemik berat, skrining HIV sangat dianjurkan.
Mengapa Ini Penting?