Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Peluang Jokowi buat Partai

18 Februari 2024   04:21 Diperbarui: 18 Februari 2024   07:21 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menuju kemandirian Sikap (sumber : pribadi, bing.com) 

Pertanyaan ini, mungkin sudah ada di sebagian benak netizen, atau warga negara.  Setidaknya, selepas 'sukses' mengantarkan Paslon Prabowo Gibran menjadi unggul (sementara) suara dalam pemilu kali ini, rasa percaya diri bisa jadi naik dan menguat. Bukan hanya pada diri Jokowi, tetapi juga di kalangan para pendukungnya.

Jelas. Tegas. Irisan Jokowi-PDIP sebelum pilpres 2024 begitu sangat kuat. Bahkan Jokowi diposisikan sebagai kader partai dan petugas partai. Status dan sebutan ini, sangat lekat pada diri Jokowi. PDI-P mengulang-ulang sebutan itu. Namun kemudian, pecah kongsi seakan sangat terasa, di saat pilpres 2024 ini. Setidaknya, citra dukungan Jokowi ke PDI-P lebih rendah dibanding dengan ke pasangan Prabowo Gibran. Bahkan, akhir pilpres menunjukkan pasangan 02 ini, meraih suara terbanyak dalam pilpres kali ini. Setidaknya itulah informasi yang didapat sampai saat ini. 

Berdasarkan posisi itu, maka dapat disederhanakan bahwa bayang-bayang PDI-P di belakang Jokowi, mulai luntur. Setidaknya, paska Pemilu 2024. PDI-P sih tetap kokoh sebagai partai politik yang solid. Namun, suara dan dukungan massa terhadap Jokowi secara pribadi, tampak ril, dan kuat, khususnya dilihat dari raihan suara paslon 02 saat ini. 

Eh, iya, sudah tentu, akan ada yang bertanya, raihan suara paslon 02 itu, soliditas Gerinda dan pendukungnya, atau mobilisasi pendukung Pro-Jo ? Tidak mudah dan tidak sederhana untuk menjawab hal ini. Tetapi, dengan raihan suara yang tinggi selama ini, setidaknya, tetap memberikan dukungan-positif terhadap rasa percaya diri Jokowi sebagai politisi yang bisa memainkan kartu trupnya dalam dinamika politik di negeri ini.

Ada beberapa perubahan konstelasi politik, paska pilpres 2024.

Pertama, wajah PDI-P di Jokowi tidak kental. Masih ada, suasana itu, dan kelihatannya akan kembali diupayakan untuk dijalin kembali. Setidaknya, beberapa rumor menunjukkan ke arah sana. Tetapi, andaipun tidak terjadi,  setidaknya warna PDI-P masih tampak, namun warna mulai lebih menguat. 

Kedua, bila ada asumsi dalam diri Jokowi,  bahwa kemampuannya menyusun rancangan pencalonan Prabowo dan juga pendukungannya untuk pemenangan Prabowo-Gibran ini, dianggap nyata, maka tidaklah mustahil akan mengambil jalan sikap politik yang lepas dari bayangan PDI-P dan membuat sinar-politiknya sendiri. 

Bagainana sinar politik yang bisa dibangun Jokowi ? membentuk partai atau tetap memainkan gerakan non-patai yang solid ? 

Pilihan ini menarik untuk dijadikan alternatif. Selama ini atau setidaknya, dalam dua episode pemilu (2019 dan 2024), pendukung Jokowi dapat disebut sangat solid. Setidaknya, bila dilihat dari hasil raihan gerakan politik di dua episode pemilu tersebut. Padahal, secara organisasi, mereka bukanlah partai politik. Walaupun bisa jadi juga, para pendukungnya itu ada irisan dengan partai politik. Mungkin malah, mereka itu berasal dari lintas partai politik.

Apa bukti, bahwa mereka itu berasal dari lintas partai politik ? setidaknya, dalam pemilu 2024 ini, PDI-P tetap meraih suara yang tinggi, kendati paslon PDI-P tidak sukses dalam pemilu 2024. Hal ini menunjukkan bahwa (1) pendukung Jokowi tidak selalu dari PDI-P, walaupun (2) sebagian pendukung PDI-P adalah simpatisan Jokowi.

Terakhir, bagaimana jika Jokowi berlabuh di PSI ? bukankah di situ ada Kaesang, dan Jokowi bisa diposisikan sebagai Ketua Dewan Pembina ? sangat-sangat terbuka. Tetapi, memang upaya membangun partai, akan membutuhkan kerja keras.  Setidaknya ada dua hal yang harus dilakukan, satu membangun struktur partai, dan membangun citra partai. Karena walau bagaimanapun, PSI sudah memiliki citra partai yang khas, dan sudah melekat di masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun