Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Empat Kategori Keruangan

15 Januari 2024   04:10 Diperbarui: 15 Januari 2024   05:20 1047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Imajiner (Sumber : pribadi, image creator, bing.com) 

Khusus untuk kajian-kajian mengenai keruangan, hari ini kita dihadapkan pada perkembangan baru dan fenomena baru. Misalkan saja, Ibukota Negara Nusantara sudah jadi, maka Indonesia akan memiliki empat ruang atau geospasial. Keempat ruang atau geospasial itu akan tampak memiliki karakter yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, rasa-rasanya perlu mendapat perhatian dengan seksama, karena keempatnya akan menampilkan konsep keruangan yang unik dari yang sebelum-sebelumnya. 

Menariknya lagi, secara kritis kita, bisa menemukan kategori geospasial yang berbeda, antara satu dengan yang lainnya, dengan karakter yang berbeda-beda.

Pertama, geospasial alamiah. Bila kita hadir di satu tempat, sebut saja misalnya ke pedesaan, kawasan pantai, atau perkebunan. Di lokasi-lokasi tersebut kita akan bertemua dengan ruang alamiah, atau geospasial yang alamiah. Fenomena itu, tumbuhkembang secara alamiah. Mungkin hanya rumah yang menjadi tempat tinggalnya, atau sumber mata pencaharian yang menjadi tempat usahanya yang ada sentuhan karya manusia. Tetapi, tata ruang dan tata letaknya masih didominasi oleh suasana alamiah.

Kedua, geospasial imajiner, atau disejumlah literatur ada yang disebut geografi-imajinatif (imaginary geography) atau spasial imajiner (spatial imaginaries). Kedua konsep ini, digunakan untuk merujuk pada ruang-ruang atau konsep geografi yang ada dan bertebaran pada sastra. Termasuk juga dalam film-film sains-fiksi. Pada dua karya kreati manusia itu, kita akan dihadapkan pada sejumlah konteks cerita atau film yang diharapkan mendukung imajinasi dan penguatan karakter film atau cerita sastra tersebut.

Perhatikan saja film Batman, Harry Potter, atau film lain yang dikeluarkan Marvel.  Dalam cerita atau film itu, ada sosial setting dan konteks ekologi yang diimajinasikan sebagai bagian dari karakter film tersebut. Ekologi cerita itulah, yang disebut Ao Wong (2018) sebagai spasial imajinatif atau geografi imajiner sebagaimana disebut Michelet (2006).

Ruang Imajiner Batman (sumber : Greenscene.com)
Ruang Imajiner Batman (sumber : Greenscene.com)

Ketiga, mau tidak mau, saat kita bisa memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, maka akan lahir sisi lain yang berdampingan dengan geografi imajiner itu adalah geografi virtual. Kita sengaja bedakan antara jenis ketiga ini, dengan yang kedua tadi, dengan maksud dan harapan, supaya dapat ditelaah secara kritis karakter media yang digunakan dalam pembuatan ruang atau geospasialnya tersebut.

Pada geospasial imajiner hadir dalam konteks cerit, baik cerita fiksi maupun nonfiksi. Seperti yang sudah dicontohkan tadi. Sementara, geospasial virtual, adalah representasi ruang-bumi yang alamiah ke dalam dunia digital atau elektronik.  Oleh karena itu, referensi dari geospasial virtual   bukan geospasial imajiner, melainkan geografi alamiah (natural geospatial). Walaupun mungkin satu diantara pandangan ada yang memandang hadirnya unsur imajinasi. Tetapi perlu digarisbawahi, bahwa referensi dari geospasial adalah geografi alamiah.

Terakhir, adalah fenomena baru yang menjadi bagian penting dari perjalanan peradaban manusia di muka bumi, yakni geospasial buatan (artificial spatial). Nah, makhluk apalagi yang satu ini ?

Gejala hadirnya geospasial buatan, sesungguhnya sudah lama terjadi dan hadir di tengah masyarakat kita. Fenomena yang paling mencolok yaitu hadirnya wahana hiburan untuk liburan. Ada yang menarik dari Krebs (2021), yang mencoba melakukan analisis terhadap experiential learning di Walt Disney World. Praktek lapangan atau pengalaman lapangan, diartikan Krebs sebagai bentuk model pembelajaran berbasis pengalaman lapangan.  Pertanyaan kritisnya, apakah dengan praktek lapangan di  Walt Disney World, dapat dikategorikan sebagai bagian penting dari pembelajaran mengenai geografi ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun