Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Loyalitas yang Membunuh!

16 Oktober 2017   16:34 Diperbarui: 16 Oktober 2017   17:45 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di tengah masyarakat kita, setidaknya ada dua isu yang ramai dibicarakan. Pertama, isu konflik antara layanan transportasi manual versus layanan transportasi online, dengan pelantikan pasangan Anies - Sandi sebagai Gubernur DKI Jakarta. Kedua isu, memang tidak berkaitan langsung, dan juga tidak ada hubungannya. Walaupun, sebagian diantara kita, bisa memberikan ajuan pemikiran mengenai hubungan antara kasus kedua  dengan pekerjaan rumah bagi Gubernur DKI Jakarta sekarang ini.

Wacana ini, tidak dimaksudkan untuk menelaah hal tersebut. Wacana ini, hanya ingin menelaah mengenai sisi lain, yang mungkin banyak terabaikan oleh kita semua. Sisi lainnya itu, saya sebut mengenai psikologi-budaya atau psikologi-sosial masyarakat kita.

Sebagaimana yang kita lihat sendiri, bahkan Anthony Giddens, pakar sosiologi modern, menegaskan bahwa pengaruh globalisasi sudah tidak bisa dibendung. Pengaruh teknologi informasi sudah masuk ke berbagai sudut kehidupan manusia, termasuk masalah pribadi. Setuju atau tidak sejutu, pengaruh teknologi informasi ini, sudah melanda kehidupan kita saat ini.

Jika demikian adanya, apa makna penolakan dari sebagian warga kita, khususnya para penjual jasa transportas yang masih menggunakan teknologi manusia (nir-online). Penolakan tegas, termasuk dengan pemasangan spanduk yang berisiskan penolakan jasa transportasi online terjadi diberbagai daerah di negeri kita ini. Apa makna dari fenomena itu ?

Apakah penolakan tersebut, bisa diartikan sebagai bentuk penolakan terhadap teknologi modern ? apakah, penolakan itu termasuk pada kegamangan kita dalam menghadapi perkembangan zaman ? mengapa medsos diterima, belanja online di terima, tetapi transportasi online ditolaknya?

Saya merasa yakin. Penolakan itu, bukan masalah penolakan terhadap kemodernan. Penolakan itu lebih diarahkan pada ketiadaannya penataan layanan negara dalam menjaga keamanan ekonomi masyarakat. Kehadiran teknologi modern, termasuk juga supermarket, hendaknya jangan sampai menggusur pasar tradisional. Kehadiran alat komunikasi modern, hendaknya tidak merusak pola shilaturahmi yang secara manual dilakukan oleh masyarakat kita.

Dengan keyakinan itu,  kita berharap, siapapun kita, bisa maju melangkah untuk menghadapi tantangan ini. Tanpa menolak kemodernan, tetapi juga tetap bisa melindungi hak hidup masyarakat lokal, tradisi lokal atau pasar tradisional. Sementara, jika kita tidak mau beranjak maju, maka kita akan terjebak pada bangsa yang susah move-on ! loyalitas pada tradisi, yang mengabaikan perkembangan zaman, bisa menjadi bentuk kelakua yang mengarah pada loyalitas yang membunuh !

Anies-Sandi adalah gubernur baru DKI Jakarta. Kita harus realistis, serealistisnya masyarakat kita dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Loyalitas kita kepada pimpinan masa lalu, hendaknya tidak merusak rancangan masa depan yang lebih baik. Pernyataan ini, saya kemukakan di sini, karena masih terdengar, ada diantara kita yang masih susah move-on, dan kurang siap menerima kenyataan politik yang ada. Padahal, dalam proses politik,  respon positif terhadap realitas politik (kenyataan) adalah langkah porduktif dalam cita-cita bersama.

Sementara itu, jika loyalitas kita ke masa lalu, atau loyalitas yang tidak realistis, adalah bentuk lain dari loyalitas yang membunuh masa depan ! 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun