Mohon tunggu...
Firsty Ukhti Molyndi
Firsty Ukhti Molyndi Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

Seorang blogger tuna daksa dari Palembang. Memiliki minat tulis-menulis sejak kecil. Menulis berbagai problematika sehari-hari dan menyebarkan kepedulian terhadap kaum disabilitas. Blog: www.molzania.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama

Terapi Mandiri Setelah Sahur Bantu Ringankan Gejala Cerebral Palsy

13 Maret 2024   11:24 Diperbarui: 15 Maret 2024   01:06 1293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berkunjung ke Tebet Eco Park. (Dokumentasi Pribadi)

Ada satu kebiasaan unik yang selalu aku kerjakan usai makan sahur. Tidak tidur, melainkan lanjut terapi.

Sebagai disabilitas, penting untuk melatih otot-otot kaki. Terapi fisik ini cenderung melelahkan. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan setelah sahur.

Kenalan dengan Cerebral Palsy

Aku adalah seorang disabilitas daksa cerebral palsy. Sehari-hari aku menggunakan walker dan kursi roda sekaligus.

Menurut Centers of Disease Control and Prevention Amerika Serikat, Cerebral Palsy ini gangguan otak yang memengaruhi koordinasi pergerakan dan keseimbangan seseorang.

Pada kasusku, aku sudah mendapatkan diagnosis ini dari umur 3,5 tahun. Awalnya aku sakit panas tinggi, lalu sempat alami koma.

Hingga kini, gangguan cerebral palsy yang kualami mengakibatkan kehilangan keseimbangan, kaki dan tangan kaku.

Aku sulit berjalan dan naik tangga. Di rumah, aku bisa jalan lambat pakai walker. Jika ke luar, aku menggunakan kursi roda.

Bahkan untuk mengetik artikel ini, aku hanya menggunakan satu jari saja. Alhamdulillah, aku masih bisa mengenyam pendidikan hingga lulus sarjana.

Berdamai dengan Cerebral Palsy

Menjalani terapi, salah satu jalanku untuk berdamai dengan Cerebral Palsy. Dulu saat kecil, aku rutin dibawa orangtua ke RS atau SLB untuk ikut terapi fisik.

Tetapi karena keterbatasan ekonomi, jadi orangtua memutuskan untuk terapi mandiri di rumah saja.

Jadilah aku hingga sekarang, setiap hari melakukan terapi fisik. Terkadang merasa lelah dan capek. Tapi kalau tidak terapi, kaki dan tanganku menjadi kaku seperti batu.

Mimpi Keliling Dunia dan Indonesia

Sehari-hari aku suka sekali berpergian dan jajan di luar. Cita-citaku ingin keliling Indonesia dan dunia. Korea dan Jepang, salah satu negara yang ingin kukunjungi.

Mengapa? Soalnya negara tersebut sudah dilengkapi dengan fasilitas publik untuk disabilitas. Jadi pengguna kursi roda sepertiku bisa travelling dengan aman dan nyaman.

Sayangnya fasilitas publik untuk disabilitas di Indonesia masih relatif sedikit. Terlebih di daerah. Padahal pariwisata Indonesia tidak kalah dibanding luar negeri.

Namun di Jakarta, kulihat fasilitas publiknya sudah bagus. Terakhir ke Jakarta tahun 2022 lalu. Aku pergi ke Tebet Eco Park, taman publik yang ramah disabilitas.

Tahun lalu, aku dan keluarga mendapat keistimewaan menjadi tamu Allah swt. Setelah sekian tahun tertunda, akhirnya bisa pergi haji.

Pergi ke Makkah itu kali pertama aku keluar negeri. Di sana aku banyak belajar menjadi traveller. Aku jadi merasakan sebagian kecil dari suka duka keliling dunia.

Ternyata tidak mudah bagi disabilitas daksa Cerebral Palsy untuk keliling dunia. Beruntung di Arab Saudi, fasilitas untuk disabilitas daksa sudah bagus.

Meskipun demikian, aku masih tetap ingin keliling dunia. Melihat kebesaran Allah swt di tempat lain akan membuka pikiran. Aku ingin mengenal budaya yang berbeda-beda.

Dengan Terapi Mandiri, Bantu Ringankan Gejala Cerebral Palsy

Makanya demi mencapai impian, aku bersemangat untuk terapi. Saat ramadan ini, kulakukan terapi setelah sahur.

Meskipun kata dokter, gangguan ini sulit disembuhkan. Tapi jika aku rutin terapi, setidaknya aku masih bisa beraktivitas secara mandiri di rumah dengan baik.

Pertama aku akan latihan duduk dan berdiri dari kursi. Kulakukan tanpa pegangan walker. Cara ini untuk memperkuat otot paha dan kaki. Kulakukan sebanyak lima puluh kali.

Selanjutnya aku latihan berdiri menggunakan lutut. Kali ini aku menggunakan bantuan walker. Kulakukan selang-seling pada masing-masing kaki sebanyak lima puluh kali.

Terakhir, aku jalan kaki menggunakan walker. Kira-kira selama satu jam. Bisa di dalam atau di luar rumah.

Olahraga ringan seperti ini bagiku terasa berat. Tetapi usai berkeringat, badan terasa enteng dan bugar. Kakiku menjadi tidak terlalu kaku lagi. Aku pun bisa melanjutkan aktivitas seperti biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun