Mohon tunggu...
Yakobus Molo Dini
Yakobus Molo Dini Mohon Tunggu... Guru - Data Diri

Berjalan sambil Menuai

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tradisi Napoen Ma'fena, sebagai Upaya Pencegahan Covid-19

27 Maret 2020   05:23 Diperbarui: 27 Maret 2020   11:34 1501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Napoen Ma’fena yang dilakukan masyarakat Bani-Bani di Malaka, NTT dimaksudkan agar segala beban berat berupa penyakit yang tengah mewabah yakni Covid-19 akan berakhir bahkan tidak sampai atau tidak terjangkit pada masyarakat setempat|. Dok.CIk

Artinya memohon kepada sang penjaga bumi liurai agar dapat menahan penyakit tidak baik yang mulai menular datang agar leluhur aublenok beluwil beto maubes yang terima dan pikul dan membawa sampai diujung timau dan amfoan karena disana nasi terbaik untuk dimakan dan daging enak untuk disantap. 

Usai memohon, ayam kecil itu ditancapkan pada sebatang kayu di bakinaek liurai sampai ayam kecil itu sendiri mati dan dilepaskan disitu. 

Perlu diketahui juga bahwa setiap batu yang tersusun di atas bakinaek sepenaek itu memiliki arti dan nama masing-masing. Jika untuk tangkis penyakit itu ada batunya tersendiri saat memohon, sesaji diletakkan di batu itu. 

Sementara untuk perang dan hal-hal lain juga ada batunya. Demikian dijelaskan oleh Petrus Neno dan Yohanes Kim saat upacara itu berlangsung.

Setelah upacara ini dilakukan, maka berkumpullah para tua adat dari beberapa suku untuk menyepakati berlangsungnya perarakan barang-barang bekas dari dalam rumah sebagai simbol mengeluarkan beban berat atau penyakit dari dalam rumah.

Dan ini dimulai dari batas wilayah matahari terbit menuju batas wilayah matahari terbenam dengan membawa seekor kambing jantan sebagai pemikul beban berat atau pemikul penyakit Covid -19 yang tengah mewabah agar cepat berlalu.

Perarakan barang-barang bekas berupa nyiru, tikar, bakul, pakaian, piring dan lainnya, ini pun hanya diikuti oleh kaum laki-laki tanpa kaum wanita dengan menggunakan sebatang kayu untuk memikul barang-barang bawaan itu keluar dari wilayah atau kampung tersebut dengan berjalan kaki pada sore harinya, Selasa (24/03).

Sepanjang perjalanan mereka meneriakkan yel-yel; palateeeee. Dan yang lainnya menyambung dengan teriakan: "auuuuuu". 

Ini dimaksudkan, agar segala sesuatu yang tidak baik dan sangat mengganggu atau membahayakan masyarakat segera menjauh atau keluar meninggalkan kampung setempat. Sama halnya dengan Covid-19 yang tengah mewabah agar cepat berlalu atau tidak memasuki wilayah Bani-bani.

Dok.Cik
Dok.Cik
Tradisi ini sebagai bentuk pembebasan masyarakat dari belenggu penyakit yang tengah mewabah dan menutupi masyarakat dari serangan penyakit berbahaya tersebut. Meskipun perjalanan jauh tetapi masyarakat terus berarak menuju matahari terbenam yakni sungai bubun sebagai batas wilayah. 

Di tempat inilah, masyarakat telah menyiapkan tenda–tenda kecil untuk menyimpan barang-barang bekas tepat di aliran sungai. Pada salah satu tenda digantung seekor kambing jantan yang dibawa itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun