Selanjutnya, versi lain menyebutkan bahwa pengambilan nama pangkah berasal dari leluhur pangkah. Versi ini diambil dari kitab Primbon Jawa yang merupakan kitab karangan Sunan Bonang. Pada versi ini menyebutkan bahwa kata pangkah merupakan singkatan dari "pange mekkah". Pang berasal dari bahasa jawa yang berarti cabang, mekkah adalah salah satu kota yang berada di Saudi Arabiyah.
Dari nama itu dapat dilihat  ada hubungan yang erat antara Pangkah dan Mekkah, sebagaimana kota aceh yang dikenal dengan  panggilan Kota Serambi Mekkah. Maksud dari penggunaan kata pangkah pada desa ini adalah karenapenduduk pangkah ini merupakan keturunan dari Nyai Jika dan Jayeng Katon. Jayeng katon merupakan putera dari Sunan Bonang, Tuban (salah satu walisongo) yang masih memiliki nasab dengan rasulullah sedangkan Nyai Jika merupakan keturunan asli mekkah.
Cerita dimulai saat Raden Jayeng Katon menyebarkan islam di wilayah Ujungpangkah. Beliau datang bersama anaknya yang masih kecil, yaitu pendil wesi. Beliau datang ke wilayah ini dengan menunggang kuda dan kemudian beliau mendirikan gubuk kecil di daerah koang (Ujungpangkah bagian Selatan). Setelah menetap beberapa tahun, istri dari Raden Jayeng Katon kemudian menyusul suaminya.Â
Atas izin mertuanya, yaitu sunan bonang, Nyai Jika menyusul suaminya ke Ujungpangkah ditemani oleh adik kandung dari Jayeng Katon, yaitu Jayeng Rono dan juga ditemanisantri dari sunan Bonang. Setelah menempuh perjalanan panjang, akhirnya mereka menemukan gubuk yang tak lain adalah gubuk dari Jayeng Katon.Â
Saking bahagianya, Jayeng Rono berlari dan teriak-teriak sambil memanggil kakaknya itu dengan nama koang koang, hingga pada akhirnya desa tersebut diberi nama desa koang.Jayeng Katon dan Jayeng Rono mendirikan pondok dan dilengkapi dengan jublangan sebagai tempat untuk mandi dan berwudhu. Di dekat kubangan juga ditanami pohon beringin sebagai tanda bahwa telah datang seorang penyebar agama islam ke tempat itu.
Suatu hari, Jayeng Katon dan Jayeng rono memutuskan perjalanannya ke Ujungpangkah bagian utara agar lebih dekat dengan pesisir pantai. Setelah sampai di lokasi yang dianggap strategis, mereka membangun pondokan baru dibantu dengan para santrinya. Tak lupa pula, Jayeng Katon menanam 3 pohon asem disebelah barat pondokannya. Ketiga asem ditanam secara berjajar dari arah selatan ke utara. Asem bagian selatan dikenal sebagai asem semersik, asem bagian utara dikenal sebagai asem angker, sedangkan asem yang berada di antara keduanya dikenal sebagai asem growok. Pohon asem dilambangkan sebagai pohon kurmanya orang Jawa. Asem ditanam sebagai simbol bahwa keturunan Tuban ini orangnya suka "mesem'' (Dalam bahasa jawa berarti murah senyum).
Selain memiliki anak Pendil wesi, Raden Jayeng Katon dan Nyai Jika juga memiliki putra-putra lainnya, diantaranya yaitu Jaka Karangwesi, Jaka Sawunggaling, Jaka Cinde Amoh dan Jaka Slining. Jayeng katon kemudian membangun rumah lagi disebelah Timur pondoknya, yang kemudian daerah tersebut dikenal dengan nama Seng. Keturunan Jayeng Katon dan Nyai Jika yang berada di Pangkah dan penyebaran islam yang sangat cepat di wilayah ini menyebakan Sunan Bonang mengirim santrinya yaitu Raden Maskiriman untuk mengantarkan glondongan kayu jati yang dilewatkan melalui laut. Glondongan kayu jati akan berhenti dengan sendirinya jika memang sudah sampai di lokasi yang dituju.Â
Glondongan kayu jati tersebut ditujukan untuk keperluan membangun masjid di Pangkah, masjid tersebut kini dikenal sebagai Masjid Jami' Ainul Yaqin. Sebelah timur masjid Jami' terdapat alun-alun yang kemudian ditanami 5 pohon beringin sebagai simbol jumlah dari putra Jayeng Katon yang merupakan pelindung dari Pangkah. Setelah beberapa tahun kemudian, datang seorang pengembara dari Mesir yang datang ke Pangkah untuk menuntut ilmu. Beliau dikenal sebagai Sayyid Mesir. Sayyid Mesir menyebut Pangkah dengan sebutan Ujungpangkah dan dari sinilah nama Ujungpangkah diambil.
Mengenai kependudukan, Wilayah Ujungpangkah untuksekarang 90%dihuni oleh keturunanpangkahdan 10%nya merupakan pendudukdariluarpangkah yang menetap di Ujungpangkah. Selain di Ujungpangkah, Keturunan Pangkahjuga menyebar ke berbagai daerah.Â
Menyebarnya keturunan pangkah dikarenakan putra-putra Jayeng Katon menikahi perempuan di luar Ujungpangkah, seperti; Pendil Wesi yang menikah dengan orang Lamongan, sehingga keturunannya banyak juga yang di Lamongan; Karangwesi menikah dengan Orang kadilangu, Jawa Tengah sehingga keturunannya juga banyak yang di Kadilangu; Jaka Sawunggaling menikah dengan orang Surabaya sehingga keturunannya juga banyak yang di Surabaya; Jaka Cinde Amoh menikah dengan orang Sembayat, Bungah seingga keturunannya banyak di Sembayat; dan Jaka Slining yang menikah dengan orang Tuban, sehingga keturunannya juga banyakyang di Tuban. Sehingga penduduk pangkah, selain di Ujungpangkah juga menyebar ke 5 tempat tersebut.
Selain berperan menyebarkan agama Islam di Ujungpangkah, keturunan Jayeng Katon juga berperan penting dalam proses perjuangan untuk melepaskan diri dari penjajahan.Â