Mohon tunggu...
Moh Ilham
Moh Ilham Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hi!

Please Be Nice!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Bertoleransi di Era Milenial

14 November 2021   23:35 Diperbarui: 14 November 2021   23:56 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pancasila yang merupakan hasil dari satu kesatuan proses yang dimulai dengan rumusan Pancasila yang dipidatokan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945, piagam Jakarta tgl 22 Juni 1945, dan rumusan final Pancasila 18 Agustus 1945. Pancasila merupakan produk dari jiwa-jiwa besar para founding fathers ini merupakan kesepakatan bangsa yang diambil berdasarkan natura atau sifat alami bangsa Indonesia sebagai pemersatu Bangsa Indonesia. Pancasila sebagai pedoman hidup dalam menghadapi berbagai ancaman perpecahan bangsa yang diakibatkan perbedaan pandangan dalam berbagai aspek, baik dari segi politik, budaya, agama, suku, ras dan yang lainnya dan serangan paham dari luar yang bertentangan dengan ideology negara. Tentunya perpecahan itu tidak kita inginkan terjadi di negara yang kita cintai ini. Tanggung jawab ini terletak pada kita semua , terlebih pada bahu dan pundak pada generasi muda yang hidup di "zaman now" khususnya bagi generasi Milenial. Generasi Milenial mempunyai tugas yang sangat berat dalam menjaga kerukunan/toleransi dalam kehidupan berbangsa, dituntut mampu membangun bangsa menjadi lebih baik lagi serta mampu menjaga Pancasila sebagai ideology Negara Indonesia demi tetap tegaknya NKRI.

  • Pancasila Lahir Sebagai Alat Pemersatu Bangsa.

Pancasila yang merupakan hasil dari satu kesatuan proses yang dimulai dengan rumusan Pancasila yang dipidatokan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945, piagam Jakarta tgl 22 Juni 1945, dan rumusan final Pancasila 18 Agustus 1945. Yang sebenarnya merupakan gagasan dan renungan Ir. Soekarno yang sudah sejak lama dipikirkan beliau yaitu sejak tahun 1918 (Dalam buku Diskursus Filsafat PANCASILA Dewasa ini Hal 62/Dr. Agustinus W. Dewantara, S.S., M.Hum.). Pancasila adalah produk dari jiwa jiwa besar para founding fathers ini merupakan kesepakatan bangsa yang diambil berdasarkan natura atau sifat alami bangsa Indonesia sebagai pemersatu Bangsa Indonesia.

Dengan segenap potensi yang ada, Indonesia merupakan bangsa yang besar dan kaya, memiliki keuntungan demografi, dengan posisi strategis di antara jalur-jalur distribusi barang dan jasa internasional, dan memiliki SDA yang melimpah serta diberkahi dengan sumber energy yang seakan tidak ada habisnya. Indonesia layaknya sebagai kawasan pemenang, karena negara ini memiliki segalanya.

Kebesaran bangsa Indonesia dengan segala sumber dayanya itu sangat rentan menjadi negara yang hancur dan gagal. Karena Indonesia pada dasarnya merupakan negara yang memiliki perbedaan dari segala bidang. Keanekaragaman baik dari suku, agama, maupun golongan sangat mudah memicu terjadinya perpecahan/disintegrasi bangsa. Pengalaman sejarah menunjukan beberapa kali Indonesia juga pernah diterpa dengan perpecahan antar anak bangsa. Selain dari dalam bangsa sendiri perpecahan juga bisa terjadi karena factor dari luar yang menginginkan bangsa ini hancur. Namun pada akhirnya bangsa ini mampu untuk bertahan dan harus tetap bertahan sampai kapanpun, karena ancaman perpecahan akan selalu menghantui Bangsa ini.

  • Generasi Milenial Harus Mampu Berpikir Bijak.

Generasi Milenial merupakan generasi diusia produktif. Generasi yang akan memainkan peranan penting dalam kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Generasi Milenial adalah generasi yang sangat identik dengan kehidupan yang serba digital dan mahir dalam teknologi. Keunggulan generasi ini memiliki kreatifitas tinggi, penuh percaya diri serta terkoneksi antara satu dengan yang lainnya. Namun karena hidup di era yang serba otomatis, serba canggih, generasi ini cenderung menginginkan sesuatu yang serba instan dan sangat gampang dipengaruhi, menjadi kurang peduli dan respek terhadap lingkungan sekitar.

Sebenarnya generasi Milenial ini memiliki banyak peluang untuk bisa maju dan berada jauh di depan dibanding generasi sebelumnya dikarenakan adanya dukungan dunia teknologi dan berbagai sarana yang ada. Namun sayangnya generasi Milenial ini cenderung lebih tidak peduli terhadap keadaan social termasuk politik dan ekonomi. Mereka cenderung lebih focus kepada pola hidup kebebasan dan hedonisme atau mencari kepuasan dan kebahagiaan yang sebanyak banyaknya (sak senenge dewe). Di sisi lain dengan perkembangan teknologi yang membuat masyarakat dari semua tingkatan mudah mengenal dunia maya. Dengan situasi ini rentan sekali masyarakat mudah untuk terprovokasi dan diadu domba, akan tetapi disisi lain timbul ketidakpedulian dari pihak pihak yang semestinya menjadi punggawa dan pelopor Toleransi dan Kerukunan serta kemajuan bangsa yaitu kaum Milenial yang berpendidikan.

Indonesia selaku negara multi etnis dan agama masih menghadapi persoalan intoleran yang cukup tinggi. Belakangan ini semangat toleran dan Kebhinekaan dalam bingkai ideology Pancasila terus mengalami sebuah degradasi yang cukup drastis dikalangan masyarakat bangsa Indonesia terlebih khusus pada kalangan kaum muda/kaum Milenial. Sehingga tidak heran sebagian besar masyarakat dan orang muda bangsa ini cepat terpengaruh dengan masuknya ideology-ideologi yang berasal dari luar dan yang lebih parahnya lagi ideologyideologi tersebut secara terang-terangan mengatakan anti pancasila dan semangat Kebhinekaan yang sudah beratus-ratus tahun tertanam dalam kepribadian dan kebudayaan masyarakat Indonesia. Lebih lagi dikaitkan dengan situasi politik saat ini yang seolah "serba halal" dilakukan untuk mendapatkan keinginan/tujuan yang diinginkan.

Hal inilah yang menjadi titik kritis bagi masa depan negara bangsa kita. Sungguh merupakan suatu ironi ditengah masifnya perkembangan teknologi kominikasi saat ini ternyata tidak mampu mendekatkan dan menyatukan anak bangsa, "seperti mendekatkan yang jauh akan tetapi menjauhkan yang dekat dalam artian yang negative" (mengutip pernyataan dosen pada kuliah Pendidikan Pancasila oleh Dr. Agustinus WD., S.S., M.Hum.). Sungguh miris apabila dengan tetangga depan/samping atau yang jaraknya hanya beberapa rumah dengan rumah kita, kita tidak saling mengenal, sungguh sehebat itukah kita seolah kita tidak memerlukan siapa-siapa. Era komunikasi terbukti memberi jaminan akses dan kecepatan memperoleh informasi dimana saja, kapan saja dan dari siapa saja. Segala sesuatu bergerak dengan cepat, dunia menjadi tanpa batas. Akan tetapi acapkali menciptakan jarak serta membuat tidak komunikatif yang menimbulkan rusaknya hubungan interpersonal.

  • Menjaga Toleransi Dengan Ber-Pancasila.

Krisis intoleran yang sangat besar akan terjadi Apabila tidak diatasi dan dicegah dengan bijak melalui berbagai program-program penguatan nilai-nilai Pancasila dan kesadaran hidup berbhineka. Hal ini harus secara massif dilakukan di tengah masyarakat kita. Penyebaran paham-paham yang tidak sesuai dengan Pancasila terjadi sangat terstruktur dan sistematis di masyarakat kita melalui lembaga-lembaga pendidikan dari jenjang bawah sampai ke perguruan tinggi, dari organisasi-organisasi kemasyarakatan maupun komunitas social lainnya. Mereka dengan mudah mempengaruhi cara berfikir masyarakat kita dimana sikap kritis dan kepekaan masyarakat kita masih rendah. Disisi lain terjadi masalah yang timbul akibat perbedaan politik antar kelompok. Mereka saling menyerang dengan "pintarnya" membuat masyarakat merasa "jijik dan alergi" terhadap politik bangsa ini. Satu sama lain kerap melontarkan statement yang tendensius, ambisius dan beringus bahkan tak segan membuat berita-berita "HOAX" yang dibumbui isu SARA yang seolah itu sesuatu yang wajar dan sah dilakukan pada situasi politik saat ini yang akhirnya kerap menimbulkan perpecahan dan kekisruhan pada bangsa Indonesia. Apakah ini yang dinamakan Berdemokrasi dan Ber-Pancasila. Pancasila sebagai Ideologi Negara yg telah dirumuskan oleh para founding fathers bangsa ini sejatinya di susun secara structural dan fungsional bertujuan untuk menciptakan keseimbangan kehidupan berbangsa dan bernegara, tapi kenyataanx dewasa ini dijadikan sebagai tameng oleh para penguasa untuk melegitimasikan kekuasaan yang akhirnya acap kali menimbulkan konflik di negeri ini, bahkan ini sudah terjadi jauh beberapa puluh tahun lalu. Oleh karena itu marilah kita kembali kepada hakekat Pancasila yang mengedepankan kebersamaan dan semangat kekeluargaan diantara kemajemukan suku, agama, ras, budaya, kepercayaan, paham dan golongan, dengan kata lain marilah kita kedepankan semangat kehidupan ber-"Gotong royong" untuk persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia.

Pancasila sebagai dasar dan filsafah hidup berbangsa dan bernegara merupakan suatu kekuatan yang menyatukan seluruh elemen masyarakat bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke dengan berbagai latar belakang suku dan budaya, ras serta agama yang berbeda beda. Pancasila digali atas dasar kekayaan budaya, religius, moral masyarakat bangsa Indonesia sendiri (Natura Indonesia). Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tentu bersifat mutlak dan memiliki keutamaan untuk mengatur seluruh aspek kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Masyarakat bangsa Indonesia harus berbangga dan bersyukur bahwa dengan Pancasila kita semua dapat dipersatukan. Pancasila sejatinya menjadi modal dasar dan sumber kecerdasan dalam membangun peradaban pembangunan bangsa Indonesia yang adil dan beradab (tujuan negara).

Pancasila harus direfleksikan dan diimplementasikan secara nyata oleh semua masyarakat bangsa Indonesia tanpa terkecuali. Pancasila apabila dimaknai secara mendalam tentu bisa membawa Indonesia menuju cita-cita kemerdekaan yang dahulu telah ditanamkan dalam setiap benak anak bangsa. Seluruh masyarakat bangsa Indonesia memiliki tanggung jawab penuh dalam menjaga dan melestarikan Pancasila serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya dari pengaruh radikalisme dan intoleran yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Semua elemen bangsa apapun itu baik suku, bangsa, etnis wajib mendukung dan berani bersuara menegakan Pancasila.

  • Esensi/Penekanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun