Mohon tunggu...
Mohd. Yunus
Mohd. Yunus Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peminat kajian ekologi, politik, dan sejarah

Silahkan kunjungi https://mohdyunus.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ditampar Buya Hamka

15 Desember 2017   14:47 Diperbarui: 15 Desember 2017   14:55 2096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tantangan terhadap Buya Hamka tidak  musnah begitu saja, lepas dari manusia, maka datang pula godaan dari  SETAN membujuk Buya supaya melakukan hal terkutuk, bunuh diri. Terjadi  pergumulan hebat di dalam batin Buya, di antara perdayaan SETAN dengan  Iman yang telah dipupuk berpuluh tahun. Tetapi alhamdulillah, Buya  selamat dari godaan setan. Buya menjalani tahanan selama dua tahun tujuh  bulan (dari hari Senin tanggal 12 Ramadan 1385, bertepatan dengan 27  Januari 1964 sampai Juli 1969).

Beberapa cebisan cerita di atas  memberi makna betapa berlikunya hidup yang dilalui oleh seorang Buya  Hamka. Universitas Al Azhar, yang rasanya sulit ditandingi untuk  pengaruhnya, bahkan sampai saat ini sampai memberikan penghargaan atas  peran dan pengaruh yang besar dari Buya Hamka. Satu bukti ini saja  sangat cukup untuk menggambarkan siapa Buya Hamka.   

Ujian berupa  tuduhan pengkhianat yang dialamatkan kepada beliau dihadapi dengan  tetap teguh dan tegar. Beliau menampakkan sikap sabar dan tawakal yang  luar biasa. Sedikitpun tidak menyurutkan niat beliau untuk berubah  pikiran memegang prinsip yang diyakini.

Rangkaian tulisan beliau  di dalam Tasawuf Modern menekankan betapa lekatnya realitas yang  diangkat dengan realitas kehidupan, bahkan untuk zaman sekarang. Buya  mendidik dengan memberi contoh

Semakin dalam membaca buku ini,  semakin besar pula terbit kagum kepada Buya Hamka. Tulisan-tulisannya  tidak berteori dan menggurui, lebih kental cerita pengalaman hidup Buya  Hamka yang berjuang dalam menemukan kebahagiaan.

Saya memang belum  selesai membaca buku ini, namun sudah begitu banyak pelajaran yang bisa  diambil. Banyak pula hikmah-hikmah yang bisa disarikan untuk refleksi  diri. Kalau sekadar membaca, dalam sekali duduk saja sudah pasti  selesai. Tetapi sangat sayang rasanya, jika ia tidak membekas dan  berlalu seiring beralihnya lembaran-lembaran halaman.

Tulisan-tulisan  Buya Hamka sungguh berbobot. Tidak ada satu paragraf pun yang bisa  dipenggal, semuanya memiliki pokok pikiran yang khas dan bernas.  Walaupun buku ini kental dengan nuansa agama Islam, namun di dalamnya  Buya tidak segan untuk mengutip filsuf barat. Buya menggunakan pendapat  Aristoteles, Hendrik Ibsen, Thomas Hardy, Leo Tolstoy, Bertrand Russel,  George Bernard Shaw, dari dibandingkan dengan pendapat dari ahli-ahli  Islam seperti Ibnu Khaldun, Imam Nawawi, Imam Syafi'i, Rasyid Ridha,  Imam al-Ghazali.  

Buku Tasawuf Modern ini mengajarkan dua hal  bagi saya, yang pertama tentu isi dari buku itu sendiri, makna bahagia  dan upaya perwujudannya. Sering kali orang mencari bahagia dengan  mengorbankan waktu, tenaga, keluarga, bahkan nyawa. Padahal, bahagia  dekat dengan kita, ada di dalam diri kita. Yang kedua tentu teknik  penulisan yang digunakan Buya, dimana dia betul-betul menerapkan apa  yang diajarkannya, kemudian ditulis. Cerita-cerita kehidupan dibalut  dengan nuansa sastra, sehingga tulisan mengalir dan meresap membawa  rasa.

Sungguh saya merasa ditampar berkali-kali oleh Buya Hamka,  disadarkan dengan kondisi sekeliling. Sungguh buku ini telah memberikan  kesadaran dalam menjalani kehidupan "Percuma kau luntang pukang peras  keringat jika hanya menghidupi untuk dirimu sendiri". Sebagai orang yang  sedang belajar penulis, tentu tulisan Buya ini menjadi motivasi untuk  menulis lebih baik lagi. Kepekaan terhadap situasi sekitar, dimaknai  dengan keahlian, jadilah tulisan yang betul-betul tulus.

Tentu  refleksi yang saya buat ini hanyalah kulit-kulitnya saja, banyak lagi  sisi lain Buya Hamka yang bisa diceritakan, begitu pun karya-karyanya  yang bermakna tinggi. Tidak bisa juga kita membaca orang hanya dalam  perkenalan singkat, melalui orang lain pula. Tetapi paling tidak, kita  bisa mengenang sosok dan pemikiran Buya, kita bisa merenungkan dan  melanjutkan sumbangan pemikirannya bagi bangsa Indonesia dewasa ini dan  di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun