Mohon tunggu...
Mohammad Yayat
Mohammad Yayat Mohon Tunggu... ASN -

penulis amatir

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Wali Kota Kedai Kopi

1 Juni 2016   18:46 Diperbarui: 1 Juni 2016   18:56 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar : lenterasulawesi.blogspot.co.id

Saya termenung, jika pertanyaan itu diajukan kepada saya tentulah saya menjawab tidak, karena saya hanya anak kecil yang baru berusia 23 tahun, lagian siapa yang mengenal saya ? Selain teman-teman masa kecil saya sewaktu sekolah dulu dan teman saya di tempat kerja yang baru.

Siapa saya yang mau mengajukan diri untuk menjadi wali kota bahkan memimpin keluarga saja saya belum apalagi memimpin satu kota, ah tak terbayang pekerjaan seperti apa yang akan saya jalani nanti jika saya jadi wali kota, bertemu keluh kesah masyarakat, bahkan hal terkecil seperti pelayanan surat pindah pun harus bertanya ke saya. Belum lagi mengenai undangan-undangan yang harus saya hadiri dari pengajian di mesjid hingga MTQ tingkat Kota, dari khitanan anak-anak hingga datang ke nikahan warga, semua harus saya sempatkan. Jika tidak tentulah warga menganggap saya sebagai pemimpin yang sombong tidak mau menemui warganya, sedangkan warga tidak mau mengerti begitu banyak acara yang harus dihadiri.

Rumit, iya kata rumit adalah kata yang pas untuk menggambarkan kerja seorang wali kota.

Masih saya termenung, kenapa banyak sekali peminat untuk menjadi seorang Wali Kota ? Apakah hanya untuk gengsi, prestise dan kekuasaan ? Sudahlah.. Itu sudah di luar kemampuan saya untuk menebak isi hati dan kepala orang-orang tersebut.

Sepemikiran saya, seorang wali kota seharusnya adalah orang-orang yang berkompeten di bidang pemerintahan, bukan yang serta-merta terkenal di lingkungannya, bukan hanya bermodal nama atau keturunannya.

Bagaimana seharusnya Parpol mengkaderisasi anggotanya dari tingkatan terbawah berikan pembelajaran politik dan pengetahuan mengenai pemerintahan. Kembalikan fungsi Parpol sebagai wadah untuk pembelajaran politik bukan sebagai pencipta pemimpin yang instan bermodalkan gembar-gembor media.

Ah sudahlah...

Hanya angan-angan saya, toh omongan saya pun tak akan dianggap oleh orang - orang karena saya hanya anak kemarin sore yang mempunyai mimpi untuk menjadi Wali Kota tepatnya lagi Wali Kota Tanjungpinang.

Ya kalaupun tak terwujud, cukuplah saya menjadi Wali Kota Kedai Kopi saja yang hanya dikenal dan disegani di Kedai Kopi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun