Mohon tunggu...
Mohammad Syarrafah
Mohammad Syarrafah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pernah belajar di TEMPO memungut serpihan informasi di jalanan. Bisa dihubungi di email: syarraf@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Demi Jakarta, Pak Anies Tak Perlu Gengsi Belajar Pengolahan Sampah dari Bu Risma

1 Agustus 2019   05:28 Diperbarui: 1 Agustus 2019   11:18 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemampuan dan pengalamannya dalam menata kota serta mengolah sampah, tentu tidak perlu diragukan lagi. Ia sangat handal dan mahir memanagemen sampah, bahkan sampai diakui dunia.

Penghargaan The Guangzhou International Award For Urban Innovation kategori online popular city yang diraih Surabaya akhir tahun 2018 lalu, menjadi salah satu bukti kinerja suksesnya menangani sampah. 

 Penghargaan ini sekaligus menobatkan Surabaya sebagai kota yang sudah sejajar dengan kota-kota besar di dunia. Sebab, dalam penghargaan itu, Surabaya berhasil mengungguli 193 kota di 66 negara. Dari 193 kota itu, kemudian diseleksi dan diputuskan menjadi 15 finalis, dan salah satunya Surabaya.

Dalam kategori online popular city, Kota Surabaya mengungguli ke-14 finalis lainnya seperti Sydney (Australia), Repentigny (Canada), Milan (Italy), eThekwini (South Africa), Guadalajara (Mexico), Utrecht (Netherlands), New York (USA), Yiwu (China), Santa Ana (Costa Rica), Kazan (Russia), Mezitli (Turkey), Santa Fe (Argentina), Salvador (Brazil), dan Wuhan (China).

Di lain waktu, Putra mahkota Inggris Pangeran Charles juga sempat mengapresiasi aksi dan kebijakan Wali Kota Risma dalam mengelola sampah. Tak ketinggalan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) juga mengapresiasi pengolahan sampah di Kota Pahlawan setelah meninjau langsung TPA Benowo.

Ya, itu salah satu contoh penghargaan dan pengakuan dunia terhadap kinerja Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini alias Risma dalam mengolah sampah. Jadi, Bu Risma itu "Raja"-nya pengolahan sampah yang tidak hanya diakui di tingkat nasional, tapi juga diakui di tingkat internasional.

Dengan berbagai keberhasilan itu, akhirnya banyak pemerintah daerah dari berbagai penjuru Indonesia berdatangan ke Kota Surabaya untuk belajar tata cara mengolah sampah dan belajar berbagai sistem pemerintahan di Kota Surabaya. Banyak pula diantara mereka yang mencontoh dan menerapkannya di daerah mereka masing-masing.

Oleh karena itu, tak heran jika DPRD DKI Jakarta beserta jajaran Dinas Lingkungan Hidup Jakarta melakukan studi banding ke Kota Surabaya untuk menyusun peraturan daerah (Perda). Sebab, kota ini sudah dinilai sukses mengolah sampah dan berbagai inovasinya layak ditiru.

Belakangan, studi banding ini ramai dibicarakan karena pada saat itu Ketua Fraksi Nasdem DPRD DKI Bestari Barus secara terang-terangan mengaku ingin memboyong Bu Risma ke Jakarta demi mengatasi masalah sampah.

Kunjungan ini pun berakhir dengan saling "serang" antara Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan Bestari. Awalnya, Anies baper merasa diserang dan Bestari pun merasa tidak pernah menyerang dan hanya mengingatkan Pemprov DKI Jakarta.

Dari sekian banyak media yang saya ikuti, saya kok belum menumukan solusi konkret dari seorang Gubernur untuk mengatasi "darurat sampah di DKI Jakarta", terutama soal sampah 5 ribu ton nanti? Atau saya yang kurang baca ya?

Anies hanya bilang sudah membangun ITF (Intermediate Treatment Facility) dan sudah ada pengelolaan sampah menjadi energy di Bantargebang. Ia juga mengaku sudah menyiapkan roadmap pengelolaan sampah, jika sudah selesai bisa langsung dilaksanakan.

Padahal, yang menjadi masalah besar nantinya adalah Bantargebang akan overload tahun 2021 dan proyek ITF Sunter ditargetkan rampung 2022. Sementara setiap hari, sampah DKI Jakarta mencapai 7.500 ton dan proyek ITF Sunter hanya akan menampung 2.200 ton.

Artinya, ada sisa sekitar 5.300 ton sampah yang tidak akan terurus selama minimal satu tahun, antara overloadnya Bantargebang dan rampungnya proyek ITF Sunter. Nah, 5.300 ton itulah yang menurut Bu Risma sangat menakutkan (medeni).

Oleh karena itu, wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya ini juga memastikan bahwa dia siap membantu DKI Jakarta jika memang dibutuhkan. Bagi dia, membantu daerah lain sudah menjadi kebiasaannya selama ini.

Bahkan, Bu Risma juga sudah membocorkan beberapa cara yang bisa dilakukan oleh Anies dalam mengatasi masalah sampah di Jakarta. Ia juga mengaku mempunyai alat yang bisa mengontrol manajemen sampah. Bu Risma pun yakin bahwa alat yang telah diterapkan di Kota Surabaya itu bisa diterapkan pula di DKI Jakarta.

Jadi, tinggal nunggu apalagi Pak Anies!, tidak perlu gengsi untuk belajar pengolahan sampah kepada Bu Risma. Tanggalkan gengsi itu demi kebaikan kita bersama dan demi kebaikan DKI Jakarta.

Kalau pun banyak yang menggunjing Anda belajar ke Surabaya, tidak perlu juga dipikirkan dan dihiraukan. Yang penting sekarang adalah kerja, untuk menangani darurat sampah, yang terjadi di Jakarta.

Demi kebaikan kita semua, demi kebaikan DKI Jakarta, tak ada salahnya jika Pak Anies belajar mengolah sampah kepada Bu Risma. Salam damai selalu...

Sumber 1, 2, dan 3.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun