Mohon tunggu...
mohammad sirojul akbar
mohammad sirojul akbar Mohon Tunggu... Penulis - Alter ego dan Dark side

hahahahahahahah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Aku yang Malang" adalah Saya

12 Juli 2022   16:05 Diperbarui: 12 Juli 2022   17:18 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika saya menulis tulisan ini, saya berada di fase paling terpuruk dan terburuk dari fase-fase terpuruk lain dalam 22 tahun terakhir hidup saya. Biasanya, fase terpuruk ini bisa dipoles lebih dramatis dengan alkohol, atau seminimal mungkin nyepur rokok—sebuah istilah untuk menghisap rokok secara terus-menerus, batang demi batang. Ya, tapi sampai hidup saya yang ke-22 tahun ini, saya belum memutuskan untuk mengambil opsi yang pertama. Lazimnya, saya akan mengambil opsi kedua, tapi bahkan untuk opsi yang seminimal mungkin tersebut saya tidak punya uang untuk itu.

Saya berada di kamar, dengan gadget yang sudah retak lcd-nya, tetap menulis keterpurukan ini. Bagaimana tidak terpuruk, saya berada dalam kondisi dompet yang benar-benar kosong, tanggungan finansial yang tidak sedikit, dibunuh karakternya, disingkirkan, dipojokkan, depresi, trauma, bingung, stres, hilang arah, sendiri, toxic society, dengan mulut yang mengumpat-umpat secara tidak sadar, pikiran yang ruwet, dan harus ditanggung oleh satu orang, yaitu saya. 

Biasanya saya akan membuka buku dan laptop untuk membaca dan menulis—kadang suara ketikan laptop punya rasa satisfying tersendiri di telinga saya. Namun lagi-lagi, untuk dua opsi pelarian tersebut saya masih gagal untuk merasakannya. Tiba-tiba saya hilang minat untuk opsi pertama, dan untuk opsi kedua, laptop saya rusak.

Saya hanya diam di kamar. Hari-hari yang saya lalui, bahkan untuk dikatakan biasa saja, tidak memenuhi untuk itu. Saya hanya diam termenenung, melihat hiburan-hiburan di media sosial: Instagram, Facebook, Youtube dan Whatsapp, dan lama-lama menjadi hampa. Kadang bermain dengan kedua keponakan saya, usia 4 tahun dan 2 bulan, dengan berkata dalam hati, "kasihan, mereka harus dilahirkan". Sesekali saya mengambil rokok utilan Surya 12 di toko ibu saya, tentunya tanpa sepengetahuannya, hanya untuk mencari ketenangan.

Sering saya membatin tanya, "keadaan apa ini?". Namun hari terus berlalu dengan sedemikian buntunya. Lantas saya teringat salah satu lagu dari band punk asal Bogor, Superiots, yang liriknya seperti ini, 

"Menatap ruang kosong gelap juga hampa

Jalan pikiran bagai perang 

Melukis bayang paras luka tanpa nada" 

Ya, lagu itu sangat representatif dengan hidup saya hari ini. Dan sedikit malu untuk mengakui bahwa 

"Sebenarnya aku yang (benar-benar) malang."

Hidup saya menjadi tidak berarti. Tidak ada yang layak dibanggakan, untuk saat ini. Diam dengan kebuntuan dan sesekali, terasa nyeri di kepala. Ya, saya hanya bisa mengumpati keadaan ini. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun