Mohon tunggu...
mohammad erizwan
mohammad erizwan Mohon Tunggu... -

Ilmu Pemerintahan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Media sebagai Alat Revolusi di Timur Tengah

12 Maret 2013   05:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:57 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13630645781129248672

pemerintahan Mesir sedang mengalami pergolakan yang begitu dahsyat setelah kemenangan kelompok ikhwanul muslim pasca pemilu yang diselenggarakan setelah revolusi di Mesir dimana rezim Hosni Mubarak akhirnya tumbang dengan perlawanan rakyat yang dimulai melalui aktivitas jejaring sosial sebagai media organisasi pergerakan revolusi Mesir hingga memakan waktu setaun dalam menumbangkan rezim militer di negara tersebut. Bisa jadi jika tidak ada atau adanya pembatasan dari Pemerintah tentang penggunaan internet khususnya jejaring sosial sebagai instrumen koordinasi rakyat mungkin akan menjadikan waktu yang lebih lama untuk melakukan revolusi.  Awal mula terjadinya revolusi di negara timur tengah dimulai dengan revolusi yang terjadi di aljazair lalu terjadilah suatu hegemoni revolusi yang menular ke beberapa negara Arab diantaranya Bahrain, Arab Saudi, Yordania, Yaman bahkan Libya yang hingga menewaskan Khaddafi dengan cara yang tidak manusiawi.

Pergerakan revolusi ini tidak lantas berhenti sampai dengan Libya bahkan sampai sekarang pun rakyat Suriah masih memperjuangkan kemerdekaannya melalui perang terbuka dengan Pemerintah Suriah sekarang dimana kekuatan rakyat di dukung oleh materi barat dan negara Sunni yang  ingin menumbangkan rezim Bashar Al Saad yang merupakan pengikut Syiah. Dan hegemoni revolusi yang menular di kawasan timur tengah ini dinamakan dengan Arab spring. Arab spring ini  lantas tidak terjadi di semua negara timur tengah, sebagai contohnya saja Republik Islam Iran yang cenderung stabil situasi politiknya dibandingkan negara timur tengah lain setelah munculnya hegemoni revolusi ini. Ada alasan kuat mengapa situasi politik Iran tidak mengalami hal yang sama dengan negara Arab lainnya yaitu bagaimana peranan media sangat dibataskan oleh Pemerintahan Iran dengan mengunci media yang mengkritisi kebijakan pemerintah. Hanya media pemerintah sajalah yang memainkan peranan sendirian dalam membangun suatu opini kepada rakyat Iran. Jika kita bandingkan kembali dengan Mesir pada saat Hosni Mubarak masih berkuasa dimana pemerintah pada saat itu tidak melakukan pembatasan media hingga akhirnya rakyat Mesir mencuri kesempatan melalui jejaring sosial untuk koordinasi. Keadaan ini sungguh berbeda jika kita bandingkan dengan Iran yang bahkan memblokir aktivitas jejaring sosial ternama yang dikhawatirkan akan digunakan sebagai alat koordinasi seperti apa yang dilakukan oleh rakyat Mesir. Artinya bahwa pemerintahan Iran waspada akan terjadinya hal yang sama seperti Mesir.

Keadaan Mesir sekarang jika tergambar di media tidak lebih baik dibandingkan pada saat revolusi. Dimana rakyat yang tadinya bersatu melawan rezim Hosni Mubarak kini terpecah belah melalui berbagai macam kelompok diantaranya yaitu kaum buruh, ikhwanul muslimin, sekularis, liberalis dan kalangan religius yang konservatif dimana ada Islam dan Kristen koptik. Setelah terpilihnya Presiden Morsi dari kalangan ikhwanul muslim yang mengalahkan amr moussa dari kalangan liberal-sekularis perpecahan ini belum terjadi dan semua rakyat mesir masih bersatu untuk mendukung Presiden Morsi. Tetapi perpecahan terjadi pasca pengeluaran berbagai kebijakan yang kontroversial yang dilakukan oleh Presiden Morsi sehingga menimbulkan kekhawatiran oleh pihak sekuler dan liberal  yang menduga bahwa Presiden Morsi akan melakuakn penggerusan kekuatan pihak sekuler dan liberal dalam pemerintahan Mesir sekarang. Untuk melakukan perlawanan terhadap Presiden Morsi, pihak liberal dan sekuler yang dipimpin oleh amr moussa dan el baradei yang disponsori oleh media barat ingin membuat suatu opini kepada dunia yang mana ingin mempropaganda Presiden Morsi sebagai Presiden yang kejam dan otoriter atau tidak lebih baik dari Hosni Mubarak. Perlawanan kaum sekuler-liberal dimulai dari demonstrasi besar-besaran atau bisa dibilang terlalu di besar-besarkan oleh media asing barat yang ingin membuat citra buruk terhadap Presiden Morsi.

Propaganda media sebagai senjata mematikan yang digunakan oleh kaum liberal-sekuler juga menngajak rakyat Mesir untuk menolak referendum yang ditawarkan oleh Presiden Morsi karena mereka mengetahui merka akan kalah untuk kedua kalinya jika diadakan referendum bahkan menolak dialog yang ingin diselenggarakan oleh Presiden Morsi. Tidak hanya sampai disitu saja bahkan para liberalis dan sekuleris menuduh Presiden Morsi dan pemerintahan Mesir sekarang sebagai pihak yang bertanggung jawab karena telah memperkosa kedaulatan rakyat dan menutup mulut serta mata rakyat tentang ketidak adilan yang terjadi pada konstitusi pemerintahan Mesir sekarang yang mana propaganda tersebut termanifestasikan melalui media gambar khas liberal-sekuler yang seolah olah militer dan pemerintah bersatu untuk menindas seorang wanita yang tidak memiliki kekuatan untuk melawan. Dengan sponsor media barat yang begitu kuat terhadap kaum liberal-sekuler seharusnya masyarakat dunia harus lebih teliti dengan kondisi yang terjadi sesungguhnya di Mesir karena media barat ingin membawa masyarakat dunia kepada arus yang akan membentuk suatu opini dengan tujuan subjek tertentu karena objektifitas suatu media patut dipertanyakan keseimbangan informasinya.


Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun