Mobil listrik kini bukan lagi sekadar tren, melainkan bagian dari transformasi besar menuju transportasi yang lebih ramah lingkungan. Di balik keheningan suara mesinnya, ada satu komponen vital yang menjadi "jantung" dari kendaraan ini, yaitu baterai litium. Teknologi baterai inilah yang memungkinkan mobil listrik berjalan jauh, lebih efisien, dan bebas emisi ungkap Dosen TRKI Vokasi UNDIP yakni Dr. Mohamad Endy Julianto, ST, MT
Endy menyampaikan bahwa baterai litium, khususnya Lithium-Ion (Li-Ion), menjadi standar utama pada mobil listrik modern. Alasannya sederhana: baterai ini mampu menyimpan energi dalam jumlah besar dengan bobot yang relatif ringan. Energi yang tersimpan inilah yang menggerakkan motor listrik sehingga roda dapat berputar tanpa perlu bahan bakar fosil.
Tak hanya itu, baterai litium juga digunakan untuk menyuplai daya ke berbagai sistem elektronik dalam mobil, seperti pendingin kabin, sistem navigasi, hingga fitur hiburan. Dengan kata lain, tanpa baterai litium, mobil listrik tidak akan bisa beroperasi sebagaimana mestinya, ujar Endy.
Endy menambahkan bahwa salah satu daya tarik terbesar baterai litium adalah kapasitas penyimpanan energinya yang tinggi. Dibandingkan dengan baterai jenis lain, baterai litium dapat menyimpan energi lebih besar dalam volume yang lebih kecil. Inilah yang membuat mobil listrik mampu menempuh jarak ratusan kilometer hanya dengan sekali pengisian penuh.
Selain itu, baterai litium memiliki efisiensi pengisian dan pengosongan (charge-discharge) yang tinggi, serta tingkat kehilangan energi (self-discharge) yang rendah. Artinya, energi yang disimpan bisa bertahan lebih lama tanpa banyak terbuang sia-sia. Tidak heran jika baterai ini menjadi pilihan utama produsen mobil listrik global seperti Tesla, BYD, dan Hyundai, tutur Endy.
Bagaimana sebenarnya baterai litium bekerja? Secara sederhana, baterai litium terdiri dari tiga komponen utama: anoda, katoda, dan elektrolit.
- Anoda biasanya terbuat dari grafit.
- Katoda terbuat dari material berbasis logam oksida yang mengandung litium (misalnya Lithium Cobalt Oxide atau Lithium Iron Phosphate).
- Elektrolit adalah cairan atau gel yang memungkinkan ion litium bergerak di antara anoda dan katoda.
Ketika baterai mengisi daya, ion litium bergerak dari katoda ke anoda melalui elektrolit dan tersimpan di sana. Sebaliknya, ketika baterai digunakan, ion litium bergerak kembali dari anoda ke katoda, melepaskan energi listrik yang digunakan untuk menggerakkan motor mobil. Proses bolak-balik inilah yang memungkinkan baterai litium bisa diisi ulang berkali-kali, terang Endy.
Endy memaparkan bahwa produksi baterai litium bukanlah hal sederhana. Ada beberapa tahap penting yang dilakukan di pabrik, antara lain:
- Penambangan dan Pengolahan Bahan Baku
Litium diperoleh dari tambang mineral seperti spodumene atau dari air asin (brine). Selain litium, bahan lain seperti nikel, kobalt, dan mangan juga diperlukan untuk katoda. - Pembuatan Katoda dan Anoda
Material aktif dicampur dengan binder dan pelarut, lalu dilapiskan pada foil tipis berbahan aluminium (untuk katoda) atau tembaga (untuk anoda). - Perakitan Sel Baterai
Lapisan katoda, separator, dan anoda disusun berlapis, kemudian digulung atau ditumpuk dalam bentuk tertentu. Setelah itu dimasukkan ke dalam wadah sel baterai. - Pengisian Awal (Formation Process)
Sel baterai yang sudah jadi diisi daya untuk pertama kalinya agar membentuk lapisan pelindung (SEI layer) pada anoda. Proses ini penting agar baterai awet dan aman digunakan. - Perakitan Modul dan Pack
Ratusan hingga ribuan sel baterai kemudian dirangkai menjadi modul dan pack, lengkap dengan sistem manajemen baterai (BMS) untuk mengatur suhu, tegangan, dan arus.
Baterai litium bukan hanya komponen teknologi, tetapi juga simbol dari perubahan menuju energi bersih. Dengan mobil listrik yang ditenagai baterai ini, emisi karbon dapat ditekan secara signifikan. Memang, masih ada tantangan seperti ketersediaan bahan baku dan daur ulang baterai, namun riset dan inovasi terus dilakukan untuk membuat baterai litium semakin efisien, aman, dan ramah lingkungan, uangkap Endy.
Dengan terus berkembangnya teknologi baterai, bukan tidak mungkin di masa depan kita akan melihat mobil listrik yang mampu menempuh ribuan kilometer hanya dengan sekali pengisian. Dan di balik setiap perjalanan senyap mobil listrik, baterai litium akan tetap menjadi jantung energi yang berdetak untuk dunia yang lebih hijau, tutup Endy.
Â