Mohon tunggu...
Mohamad Endy Yulianto
Mohamad Endy Yulianto Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

chemical

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pelajar SMA Al-Azhar, Biji Kecipir Pengganti Kedelai Impor

17 Maret 2024   05:55 Diperbarui: 17 Maret 2024   07:54 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelajar SMA Al-Azhar, Mohammad Najib Fitrianto

Gagasan dan inovasi para pelajar milenial pun ternyata juga bisa menjadi solusi permasalahan yang dihadapi masyarakat dan akan mengantarkan Indonesia menjadi negara maju. Seperti yang dilakukan oleh pelajar SMA Islam Al-Azhar 14 Banyumanik Semarang yakni Mohammad Najib Fitrianto. Pelajar SMA kelas 3 yang biasa disapa Najib ini, telah menggagas biji kecipir pengganti kedelai impor untuk produksi tempe.

Najib  menyampaikan bahwa gagasan nya ini telah diikutkan dalam lomba LKTI  tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Fakultas Peternakan dan Pertanian Undip. Karya ilmiah dengan judul "Pengembangan Produksi K50 (Mix Biji Kecipir-Kedelai Lokal) Menuju Ketahanan Pangan Sehat Mandiri" dibimbing oleh gurunya bernama Ibu Rini Widiyadmi, S. Si.

Najib mengungkapkan bahwa kebutuhan pangan bagi masyarakat Indonesia yang paling azasi, diantaranya kedelai sebagai bahan baku tahu, tempe, susu, kecap, mie dan pangan lainnya. Tempe yang merupakan salah satu makanan favorit yang digemari oleh masyarakat luas, hingga saat ini pemenuhannya masih dilakukan malalui impor sebesar 2,49 juta ton tiap tahun atau setara dengan 27,4 triliun rupiah.

Penyebab utamanya adalah kualitas kedelai lokal yang ada dipasaran, dinilai belum memenuhi SNI sehingga harga relatif rendah sebesar Rp 6.000/Kg. Hal ini memicu minat petani dalam memproduksi kedelai lokal jadi menurun dan ketergantungan pada kedelai impor, tutur Najib.

Najib menyampaikan dengan idenya bahwa salah satu upaya yang dilakukan untuk menyokong ketahanan pangan secara mandiri adalah dengan mengembangkan pangan sehat K50, yaitu perpaduan biji kecipir 50% dengan biji kedelai 50%. Biji kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L) mempunyai kandungan gizi setara kedelai seperti: karbohidrat (23,9 -- 42,0 gr), protein (29,8 -- 39,0 gr), lemak (15,0 -- 20,4 gr), kalori (405 cal), dan air (6,7 -- 24,6 gr).

Oleh karenanya, biji kecipir diharapkan dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan kedelai. Akan tetapi, sampai saat ini pemanfaatan kecipir sangat terbatas misalnya pada pembuatan tahu dari biji kecipir. Hal ini terjadi karena adanya rasa dan bau langu (bitter beany flavour) yang sangat kuat pada biji kecipir. Rasa dan bau langu tersebut disebabkan adanya aktivitaas enzim lipoksigenase yang aktif akibat pecahnya biji kecipir saat pengupasan kulit yang membuat kontak dengan udara.

Beberapa metode telah dilakukan untuk menghilangkan rasa dan bau langu, guna menghasilkan produk dengan nilai ekonomis tinggi diantaranya perendaman, pemanasan, penambahan NaOH 0,1% atau NaHCO3 0,25% dan ekstraksi minyak. Namun demikian, rasa dan bau langu hanya tereduksi relatif sedikit karena enzim lipoksigenase sebagian masih aktif, terang Najib.

Mohammad Najib Fitrianto,  gagasannya dalam lomba LKTI  tingkat Nasional 
Mohammad Najib Fitrianto,  gagasannya dalam lomba LKTI  tingkat Nasional 

Najib yang pernah ikut lomba dalam Olimpiade Matematika ini mengungkapkan bahwa perlu adanya pengembangan proses inaktivasi enzim lipoksigenase biji kecipir melalui teknologi panning (goreng sangan). Skema proses panning ini diharapkan dapat memberikan sedikitnya dua keuntungan, yaitu enzim lipoksigenase mengalami inaktivasi, akibatnya akan mereduksi reaksi oksidasi asam lemak tidak jenuh menjadi asam lemak hidroperoksida yang dikatalisis oleh enzim lipoksigenase, dan produk berbasis kecipir terbebas dari rasa dan bau langu.

Akan tetapi, penerapan proses panning dimungkinkan terjadi degradasi termal zat gizi biji kecipir.Oleh karena itu, teknik desain alat panning menjadi kunci utama keberhasilan proses. Dengan demikian, aplikasi teknologi diproyeksikan akan menjadi terobosan penyelesaian masalah bangsa dalam menurunkan ketergantungan impor kedelai yang berimplikasi pada kemandirian bangsa dalam penurunan pengurangan devisa serta peningkatan kesejahteraan masyarakat, pungkas Najib.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun