Ciri khas solidaritas adalah bergotong royong. Dalam solidaritas kita menunjukkan kesatuan aksi dan dukungan kolektif untuk menghadapi situasi tertentu. Kita menjadi kuat melalui kesadaran solidaritas dan keguyuban.
Membangun Keseimbangan
Sebagian besar tradisi hampir selalu melibatkan konsekuensi pembiayaan. Ini menjadi dilema bagi kelas sosial tertentu. Di satu sisi, mereka ingin mengambil bagian dari pelanggengan nilai tradisi. Di sisi lain, realitas ekonomi membuat mereka mungkin merasakan beban pengeluaran yang tidak ringan.
Beban pengeluaran tersebut bisa dirasakan oleh para buruh tani, pekerja pasar, kuli angkut, tukang sayuran, dan berbagai pekerjaan dengan penghasilan rendah. Mereka harus memiliki kecerdasan matematis yang mumpuni dalam membagi pendapatan mereka untuk mencapai keseimbangan antara tradisi dengan kebutuhan primer.
Mereka seolah berdiri di persimpangan. Hal ini menciptakan dinamika yang kompleks dimana nilai-nilai sosial budaya bertempur dengan realitas ekonomi. Banyak keluarga dengan penghasilan terseok-seok harus berkutat pada tantangan bagaimana membuat perdamaian antara menjalankan tradisi dengan kebutuhan internal keluarga yang meliputi kebutuhan makan, pakaian, biaya sekolah anak, tagihan listrik, dan berbagai kebutuhan lainnya.
Mereka mungkin tersenyum saat mendapatkan undangan pesta pernikahan dari warga di kampung sebelah. Mereka tampak riang ketika ada utusan seorang kerabat yang mengharapkan kehadirannya dalam acara khitanan. Mendapatkan undangan bagi banyak orang menjadi pertanda bahwa mereka merasa dihargai, diakui sebagai keluarga, atau diingat sebagai sahabat.
Namun menjelang hari acara tiba sebagian mereka mungkin mengalami kebingungan. Menghadiri undangan tidak mungkin datang dengan tangan kosong. Tidak jarang mereka meminjam beras dari tetangga atau ngutang gula di warung sebelah. Ini lumrah tetapi tetap menjadi bagian dari beban pengeluaran yang harus ditanggung.
Untuk menjaga keseimbangan tersebut, penting bagi kita memiliki pemahaman tentang makna simbolis dan sosial di balik biaya yang dikeluarkan. Ini dapat membantu keluarga untuk menghargai tradisi tanpa tekanan beban finansial.
Mengambil bagian dari tradisi tidak sekadar bersandar pada materi. Sebagai bentuk belasungkawa, misalnya, saat musibah kematian, beberapa orang biasanya lebih banyak membantu dengan tenaga seperti, menggali kubur, membantu membuat keranda, atau membangun tenda untuk para tetamu. Ini cara yang relevan untuk mengambil peran saat dibutuhkan.
Tradisi dibangun atas prinsip kearifan lokal sekelompok masyarakat. Dalam masyarakat Sasak, misalnya, ada kebiasaan unik yang dikenal dengan istilah nalet (secara harfiah berarti menanam).
Nalet merupakan upaya saling memberikan bantuan kepada sahabat atau kerabat yang akan menyelenggarakan pesta. Biasanya bantuan berbentuk beras, kelapa, kambing, kayu bakar, atau kebutuhan lain yang diperlukan.
Tradisi nalet tidak memiliki kesepakatan khusus. Ketika saya memberikan bantuan beras untuk keperluan pesta seorang sahabat, saya tidak diharuskan untuk menuntut perlakuan yang sama ketika saya mengalami hal serupa.