Perilaku ini dicurigai sebagai pribadi nir empati. Mereka kerap mengabaikan perasaan dan perspektif lawan bicara.
Sumber lain menyebutnya dengan narcissistic communicator, komunikator narsisistik. Pengidap gangguan kepribadian ini terbiasa memanipulasi fakta, sangat bersemangat membuat cerita palsu, dan melebih-lebihkan pencapaiannya. Saat mengalami kegagalan mereka akan meletakkan kesalahan pada orang lain.
Pada level yang lebih kejam para narsisis yang suka berbicara cenderung memanipulasi orang lain. Mereka mungkin akan memanfaatkan kebaikan, empati, atau kelemahan sesama untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
Kecenderungan lain para narsisis suka berbicara adalah kebanggaan pada superioritas palsu. Mereka merasa diri selalu lebih penting, meremehkan orang lain, dan terus menerus mencari pengakuan dan validasi.
Dalam konteks superioritas palsu, para narsisis yang suka berbicara membutuhkan orang lain untuk memperoleh sanjungan. Kepuasan para narsisis adalah ketika seseorang memberitahukan sisi superioriotas mereka.
Di media sosial mereka menunjukkan perilaku yang tidak berbeda dengan kehidupan sehari-hari. Mereka kerap berupaya mendominasi diskusi online dengan komentar yang panjang lebar dan berpusat pada diri sendiri.
Di kolom komentar mereka dapat meninggalkan komentar yang merendahkan atau meremehkan artikel atau opini orang lain. Mereka menunjukkan keraguan atas kualitas ide seseorang tanpa menunjukkan alasan yang jelas.
Apakah kita narsisis yang suka berbicara
Saya tidak memiliki keberanian dan pemahaman yang mumpuni untuk mengatakan seseorang sebagai narsisis yang suka berbicara. Saya lebih suka berbicara tentang bagaimana menghindarkan diri dari kesan gangguan kepribadian ini.
Refleksi diri merupakan langkah awal yang perlu dilakukan. Jika merasa pernah atau sering merasa memerankan seorang narsisis yang suka berbicara ada baiknya kita mencoba beberapa hal.
Kita dapat mulai dengan melakukan refleksi. Tujuannya untuk memahami pemicunya. Kita perlu memahami situasi apa saja yang mendorong kita menunjukkan perilaku narsistik tersebut.
Mungkin saja karena kita sedang merasa tidak aman, stres, atau mungkin butuh validasi dari orang lain. Kalau mau lebih jujur pada diri sendiri mungkin karena faktor perasaan superior.