Dalam alam liar itu mereka berada dalam bayang-bayang ancaman binatang buas, seperti, beruang madu yang agresif, viper hijau yang melilitkan ekornya di pepohonan dan siap menerkam makhluk asing, atau biawak air tawar berukuran jumbo yang konon ekornya berfungsi sebagai cemeti yang dapat mencabik daging hingga menimbulkan luka lebar.
Belum lagi kemungkinan serangan malaria dan penyakit lain. Dalam kondisi ini mereka tidak mungkin segera mendapatkan pertolongan medis. Pencari gaharu juga dapat mengalami risiko kehilangan arah dan tidak menemukan jalan pulang. Semua ancaman mungkin terjadi.
Petualangan mencari gaharu harus memiliki nyali sekeras baja untuk menempuh rimba. Tidak saja ancaman buasnya binatang liar tetapi medan yang curam dan berbahaya. Mereka harus mendaki curamnya kemiringan tanah atau menyeberang deras arus sungai dengan sampan kecil. Apalagi ketika berhadapan dengan perubahan cuaca.
Fakta bahwa menjelajah hutan itu sendiri itu penuh bahaya. Berada di belantara hutan tidak berbeda dengan belantara kota yang sering digambarkan dalam wajah penuh kekejaman. Mereka harus membawa bekal. Kaki mereka tidak saja memikul beban tubuhnya. Di punggung mereka bergelantungan karung berisi makanan, alat masak, terpal tenda, temali, hingga pakaian dan berbagai keperluan untuk bertahan hidup di tengah hutan selama berbulan-bulan. Maka, dapat dibayangkan ketika pundakmu harus membawa beban dengan bobot 50 sampai 70 kg sambil berjalan seharian membelah hutan.
Uniknya, hidup di alam liar membawa mereka kepada kehidupan purba sebagai pemburu menjangan atau pemetik buah yang tumbuh alami. Asupan nutrisi yang disediakan hutan membuat mereka tidak terlalu bermasalah dengan makanan jika kehabisan bekal.
Berada di belantara Kalimantan bukanlah perkara mudah. Dibutuhkan kekuatan mental dan fisik yang kuat. Mereka harus memahami kondisi hutan, pengetahuan dan keterampilan mengantisipasi perubahan cuaca, dan kecekatan langkah untuk mengatasi rintangan alam.
Guci Pandora dan Harapan
Dalam mitologi Yunani Guci Pandora merupakan sebuah artefak. Sebuah sumber menyebutkan bahwa konon Pandora adalah perempuan pertama yang diciptakan Dewa Zeus.
Pandora digambarkan sebagai putri yang memiliki paras rupawan. Pada hari pernikahan Pandora dengan Epimetheus, Zeus memberikan putri Pandora sebuah guci yang sangat menawan dengan syarat tidak boleh dibuka.
Namun, Pandora penasaran dan melanggar larangan Zeus. Sang Putri membuka tutup guci. Tindakan ceroboh itu mengakibatkan sesuatu yang sangat mengerikan. Guci itu melepaskan teror kejahatan dan penderitaan pada umat manusia.
Sadar dengan tindakannya Pandora menutup kembali tetapi terlambat. Satu-satunya yang tersisa hanya "harapan".
Tindakan Pandora membuka guci dapat dipandang sebagai metafora dari pekerjaan para pencari gaharu. Memasuki hutan Kalimantan bagi pencari gaharu seakan sedang menantang ancaman dan penderitaan. Tindakan yang mungkin mereka lakukan adalah mengosongkan pikiran dari bayangan menakutkan tentang berbagai bahaya belantara karena adanya "harapan". Harta karun berupa gaharu dengan nilai jual tinggi memberikan kekuatan kepada mereka sehingga mampu meredam rasa takut untuk menembus pekatnya hutan Kalimantan. Jika hutan adalah kotak Pandora, maka gaharu adalah satu-satunya bentuk "harapan", sesuatu yang masih tersisa dari guci setelah dibuka oleh putri Pandora.