Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Para Pencari Gaharu, Setitik Harapan dalam Guci Pandora

21 Februari 2025   21:13 Diperbarui: 23 Februari 2025   08:49 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam alam liar itu mereka berada dalam bayang-bayang ancaman binatang buas, seperti, beruang madu yang agresif, viper hijau yang melilitkan ekornya di pepohonan dan siap menerkam makhluk asing, atau biawak air tawar berukuran jumbo yang konon ekornya berfungsi sebagai cemeti yang dapat mencabik daging hingga menimbulkan luka lebar. 

Belum lagi kemungkinan serangan malaria dan penyakit lain. Dalam kondisi ini mereka tidak mungkin segera mendapatkan pertolongan medis. Pencari gaharu juga dapat mengalami risiko kehilangan arah dan tidak menemukan jalan pulang. Semua ancaman mungkin terjadi. 

Petualangan mencari gaharu harus memiliki nyali sekeras baja untuk menempuh rimba. Tidak saja ancaman buasnya binatang liar tetapi medan yang curam dan berbahaya. Mereka harus mendaki curamnya kemiringan tanah atau menyeberang deras arus sungai dengan sampan kecil. Apalagi ketika berhadapan dengan perubahan cuaca. 

Fakta bahwa menjelajah hutan itu sendiri itu penuh bahaya. Berada di belantara hutan tidak berbeda dengan belantara kota yang sering digambarkan dalam wajah penuh kekejaman. Mereka harus membawa bekal. Kaki mereka tidak saja memikul beban tubuhnya. Di punggung mereka bergelantungan karung berisi makanan, alat masak, terpal tenda, temali, hingga pakaian dan berbagai keperluan untuk bertahan hidup di tengah hutan selama berbulan-bulan. Maka, dapat dibayangkan ketika pundakmu harus membawa beban dengan bobot 50 sampai 70 kg sambil berjalan seharian membelah hutan.

Uniknya, hidup di alam liar membawa mereka kepada kehidupan purba sebagai pemburu menjangan atau pemetik buah yang tumbuh alami. Asupan nutrisi yang disediakan hutan membuat mereka tidak terlalu bermasalah dengan makanan jika kehabisan bekal.

Berada di belantara Kalimantan bukanlah perkara mudah. Dibutuhkan kekuatan mental dan fisik yang kuat. Mereka harus memahami kondisi hutan, pengetahuan dan keterampilan mengantisipasi perubahan cuaca, dan kecekatan langkah untuk mengatasi rintangan alam. 

Guci Pandora dan Harapan

Dalam mitologi Yunani Guci Pandora merupakan sebuah artefak. Sebuah sumber menyebutkan bahwa konon Pandora adalah perempuan pertama yang diciptakan Dewa Zeus. 

Pandora digambarkan sebagai putri yang memiliki paras rupawan. Pada hari pernikahan Pandora dengan Epimetheus, Zeus memberikan putri Pandora sebuah guci yang sangat menawan dengan syarat tidak boleh dibuka.

Namun, Pandora penasaran dan melanggar larangan Zeus. Sang Putri membuka tutup guci. Tindakan ceroboh itu mengakibatkan sesuatu yang sangat mengerikan. Guci itu  melepaskan teror kejahatan dan penderitaan pada umat manusia. 

Sadar dengan tindakannya Pandora menutup kembali tetapi terlambat. Satu-satunya yang tersisa hanya "harapan".

Tindakan Pandora membuka guci dapat dipandang sebagai metafora dari pekerjaan para pencari gaharu. Memasuki hutan Kalimantan bagi pencari gaharu seakan sedang menantang ancaman dan penderitaan. Tindakan yang mungkin mereka lakukan adalah mengosongkan pikiran dari bayangan menakutkan tentang berbagai bahaya belantara karena adanya "harapan". Harta karun berupa gaharu dengan nilai jual tinggi memberikan kekuatan kepada mereka sehingga mampu meredam rasa takut untuk menembus pekatnya hutan Kalimantan. Jika hutan adalah kotak Pandora, maka gaharu adalah satu-satunya bentuk "harapan", sesuatu yang masih tersisa dari guci setelah dibuka oleh putri Pandora.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun