Nyongkolan atau nyongkol bertujuan untuk melakukan semacam publikasi kepada masyarakat luas bahwa si A telah menikah dengan si B. Melalui nyongkolan, setelah upacara perkawinan (akad nikah dan pesta), pasangan suami-istri baru perlu diperkenalkan keluarga, kerabat, dan masyarakat luas bahwa kedua mempelai telah menjadi pasangan suami-istri. Iringan nyongkolan itu biasanya disemarakkan dengan gendang belek, kelenang, atau alat musik tradisonal masyarakat Sasak lainnya.
Penyebab lainnya adalah pasar tumpah. Beberapa pasar sepanjang jalan jurusan Mataram-Selong, pada hari-hari tertentu, tidak dapat menampung para pedagang di area pasar. Pedagang-pedagang itu kemudian meluber keluar pasar sampai pinggir jalan.
Sekarang pasar tumpah sudah mulai berkurang. Sejumlah pasar sepanjang jalan itu sudah banyak yang mendapat pembenahan sehingga pedagang-pedagang yang membuka lapak di luar area pasar dapat diminimalisir. Namun demikian, kepadatan kendaraan (berarti keacetan)kemacetan belum teratasi.
Sejauh ini, memang tersedia transportasi publik yang ditawarkan para pengusaha transportasi lokal berupa bus kecil atau bus engkel. Alat transportasi ini pernah menjadi salah satu pilihan andalan penumpang antar kota. Bus engkel tergolong praktis karena penumpang dapat menunggu kedatangannya di sepanjang jalan. Stop and go.
Sekarang bus engkel tidak lagi menjadi transportasi andalan masyarakat. Makin tingginya daya beli masyarakat menyebabkan makin tingginya kepemilikan kendaraan pribadi. Selain itu jalur yang dilalui bus engkel tidak dapat menjangkau wilayah pinggiran atau pedesaan karena jalurnya terbatas pada jalan utama. Penumpang yang rumahnya jauh dari jalan utama harus mencari ojeg atau kendaraan lain untuk sampai ke alamatnya. Hal ini membuat masyarakat memilih menggunakan kendaraan pribadi.
Kota Mataram, sebagai ibukota provinsi NTB, juga tidak dapat menghindari kemacetan. Tidak saja karena kendaraan yang makin banyak tetapi juga sebagian ruas jalan yang memerlukan pembenahan.
Pernah ada masa jayanya angkutan kota memenuhi jalanan di Mataram. Angkutan kota itu dikenal dengan "bemo kuning". Disebut demikian karena warna kendaraan itu memang menggunakan warna kuning mencolok. Saat ini penggunaan bemo kuning sudah jarang. Rupanya penyebab menurunnya penggunaan angkot tersebut hampir sama dengan menurunnya penggunaan bus engkel.
Angkutan kota Mataram juga harus bersaing dengan munculnya aplikasi transportasi online seperti Gojek dan Grab. Hal ini membuat masyarakat lebih memilih menggunakan transportasi melalui aplikasi online karena kemudahan akses dan kebebasan memilih rute. Kelebihan lainnya, para penumpang tidak harus menunggu waktu yang lama sehingga tujuan perjalanan dapat dicapai lebih cepat.[2] Selain itu, dibutuhkan kesabaran untuk mendapatkan tumpangan angkutan bemo kuning.
Bagaimanapun penggunaan kendaraan pribadi telah menjadi pemicu terbesar kemacetan. Makin tingginya kepemilikan kendaraan pribadi bisa dianggap sebagai indikator kesejahteraan masyarakat yang makin meningkat. Namun, tidak dapat diabaikan pula bahwa kemudahan yang ditawarkan distributor kendaraan membuat masyarakat semakin mudah memilikinya.
Untuk memiliki sepeda motor misalnya, tawaran uang muka yang sangat ringan membuat permintaan produksi sepeda motor mengalami lonjakan. Kondisi ini melahirkan jenis profesi baru dengan menjadi tukang ojek. Jasa ojek dengan sendirinya menjadi pesaing bus engkel dan angkot sejak awal tahun 2000-an.
Dalam upaya mengurangi kemacetan tersebut, diperlukan kesadaran masyarakat untuk mengubah paradigma bepergian dengan alat transportasi. Kesadaran itu adalah dengan memanfaatkan transportasi umum yang ada.