Mohon tunggu...
Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Siswa Melakukan Kesalahan, Apakah Sanksi (Fisik) Masih Relevan?

29 Mei 2022   13:09 Diperbarui: 29 Mei 2022   23:59 1930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guru pada masa lalu biaisanya mengajar dengan gaya yang tegas dan kaku. Banyak endapan kisah guru zaman dahulu yang tidak segan-segan memberikan sanksi fisik kepada siswa jika ketahuan melanggar aturan sekolah. 

Kesalahan siswa kerap kali berakhir pada ujung penggaris atau lemparan penghapus. Sering pula ditemukan siswa yang mengikuti pelajaran sambil terkantuk-kantuk, diberikan hukuman berdiri di depan kelas dengan satu kaki dan tangan terentang. 

Ada juga siswa yang harus berlari keliling lapangan jika tidak mengerjakan tugas pekerjaan rumah. Pada hari yang lain, sejumlah siswa terkena razia dan harus merelakan rambut gondrongnya digunting cepak dengan cukuran yang tidak rata.

Sanksi-sanksi di atas, tidak terlepas dari upaya guru untuk membentuk perilaku siswa atau menekan perilaku indisipliner siswa. 

Bentuk-bentuk sanksi di atas bukanlah bertujuan negatif tetapi sebagai upaya menempa siswa agar menjadi pribadi yang memiliki disiplin dan memiliki kesadaran untuk menaati peraturan sekolah. Akan tetapi, sanksi semacam itu kini dianggap tidak edukatif karena dapat menumbuhkan semacam dendam.

Proses pembelajaran dewasa ini mengalami perkembangan yang jauh berbeda dengan zaman lampau. Anak-anak masa kini dibentuk dalam kehidupan sosial budaya yang bebas dan terbuka. Hal ini menyebabkan pemberian sanksi fisik seperti di atas kerap dianggap tidak direkomendasikan lagi.

Banyak kasus yang menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran dengan sanksi kekerasan fisik maupun verbal tidak menyelesaikan masalah. Bahkan dapat berakibat pada munculnya persoalan hukum. Hal ini tidak saja karena perubahan cara berpikir masyarakat tetapi juga sebagai respons atas gagasan tentang perlindungan anak.

Ketika siswa melakukan kesalahan sebaiknya guru tidak buru-buru menetapkan sanksi. Diperlukan semacam investigasi untuk mengungkapkan penyebabnya. 

Peringatan merupakan tindakan awal kepada siswa yang bersangkutan agar tidak melakukan kesalahan yang sama secara berulang-ulang. 

Jika siswa tidak dapat berubah dengan peringatan, di sinilah sanksi dapat menjadi alternatif terakhir dengan catatan bahwa sanksi tersebut harus memuat nilai-nilai edukatif.

Hal paling utama adalah pendekatan personal kepada siswa yang bersangkutan. Keterlibatan orang tua dalam hal ini diperlukan sebagai bentuk kolaborasi antar stakeholder.

Lombok Timur, 29 Mei 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun