Seliwer sari-sari asap cerutu
Menghunus topeng bulu hidungmu
Tegur dan salam atas akal
Yang mati muda dibuai bantal
Sayu-sayu gerik tingkah
Terjongkok dirayu gundah
Kau enggan restui padang rembulan
Pada sejatinya temaram
Pikun memang terlanjur pikun
Kita bara-bara beterbangan!
Macet apadaya memang macet
Pena nganggur, mimpi mundur!
Stempel kau ikat di sekujur tubuh
Lebam, membiru keringat
Meriang, dihinggapi takut
Pucuk daun tersendat tumbuh
Puisi tetaplah rangkaian kata
Jika kau tak kunjung meresapi
Begitu pula dengan cita
Yang barangkali bualan belaka.Â
Surabaya, 26 November 2020.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!