Mohon tunggu...
Mohamad Aby Gael
Mohamad Aby Gael Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa S1 Antropologi, Universitas Airlangga

Menulis untuk meredam kegelisahan yang sering datang tanpa diundang.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ringkih

26 November 2020   11:51 Diperbarui: 26 November 2020   11:55 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seliwer sari-sari asap cerutu

Menghunus topeng bulu hidungmu

Tegur dan salam atas akal

Yang mati muda dibuai bantal


Sayu-sayu gerik tingkah

Terjongkok dirayu gundah

Kau enggan restui padang rembulan

Pada sejatinya temaram


Pikun memang terlanjur pikun

Kita bara-bara beterbangan!

Macet apadaya memang macet

Pena nganggur, mimpi mundur!


Stempel kau ikat di sekujur tubuh

Lebam, membiru keringat

Meriang, dihinggapi takut

Pucuk daun tersendat tumbuh


Puisi tetaplah rangkaian kata

Jika kau tak kunjung meresapi

Begitu pula dengan cita

Yang barangkali bualan belaka. 


Surabaya, 26 November 2020. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun