Mohon tunggu...
Mohammad Fahmi Akbar
Mohammad Fahmi Akbar Mohon Tunggu... Dokter Umum

Dokter umum fresh graduate yang terkadang ingin menulis. Saat ini sedang kuliah di Magister Hukum Kesehatan UGM

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengkaji Potensi Eksploitasi di Balik Uji Klinik Vaksin TBC di Indonesia

14 Oktober 2025   20:19 Diperbarui: 14 Oktober 2025   20:19 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustasi Pemberian Vaksin (Sumber: Freepik)

Memperoleh vaksin merupakan bentuk bagaimana negara menjamin hak asasi manusia dalam bentuk hak atas kesehatan, akan tetapi apakah ini berlaku apabila vaksin yang diberikan masih dalam tahap uji coba?

Indonesia menduduki peringkat ke-2 populasi TB terbanyak di dunia. Per tahun 2023, diperkirakan 1,25 juta orang meninggal akibat TB serta 10 juta orang menderita penyakit TB. Indonesia berkontribusi 10 persen terhadap angka penderita TB dunia (WHO, Global TB Report 2024).  Sementara di Indonesia, angka kematian (mortalitas) akibat TB telah mencapai 125.000 orang, jumlah kasus (morbiditas) 1.090.000 per tahunnya (Kemenkes, Laporan Penanggulangan Tuberkulosis 2023).

Melihat perkembangan kasus TB di Indonesia, dibutuhkan solusi yang tidak hanya bersifat kuratif (mengobati) tapi juga preventif (mencegah). Bill Gates, pendiri Microsoft dan filantropi asal Amerika Serikat pun hadir menawarkan solusi dengan menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara uji coba Vaksin TBC yang disponsori oleh The Gates Foundation. Program uji klinik vaksin M72 menjadi perbincangan setelah pertemuan Bill Gates dengan Presiden Prabowo Subianto di Jakarta pada Mei 2025 lalu.

Apakah hadirnya uji klinik vaksin TBC ini merupakan solusi harapan yang selama ini dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia agar bebas dari TB, atau justru merupakan peluang eksploitasi perusahaan besar Amerika Serikat untuk memanfaatkan kerentanan populasi penderita TB untuk mengumpulkan data dan mengembangkan vaksin TBC yang akhirnya berakhir akan menjadi suatu produk komersil? Apakah rakyat Indonesia justru tidak akan berakhir sebagai “kelinci percobaan” uji coba vaksin yang belum terjamin keamanan dan efektivitasnya?

Mengapa Indonesia?

Sebenarnya dokter dan praktisi medis di Indonesia sudah sejak lama menggunakan vaksin TBC. Vaksin Bacillus Calmette-Guérin (BCG) merupakan vaksin TB yang telah masuk ke dalam program imunisasi wajib di Indonesia. Vaksin BCG telah direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), masuk dalam jadwal imunisasi dasar lengkap dan wajib diberikan satu kali pada bayi baru lahir atau paling lambat sebelum bayi tersebut berusia 1 bulan.

Jadwal Imunisasi Anak Usia 0-18 Tahun, (Sumber:Rekomendasi IDAI 2024 )
Jadwal Imunisasi Anak Usia 0-18 Tahun, (Sumber:Rekomendasi IDAI 2024 )

Menjadi penting untuk diketahui adalah apa sebenarnya perbedaan vaskin BCG yang telah lama digunakan dan familiar dengan masyarakat ini dengan vaksin M72 yang masih dalam tahap uji klinik? Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan tiga perbedaan vaksin BCG dengan vaksin M72, yaitu:

  • Vaksin BCG sudah ditemukan sejak 1921 membuat usia vaksin ini sudah berumur 104 tahun.
  • Vaksin BCG ini hanya diberikan pada anak-anak atau bayi baru lahir sehingga vaksin ini hanya bisa memberikan proteksi sebagian untuk anak dan tidak memberikan jaminan perlindungan untuk penyakit TB pada orang dewasa.
  • Vaksin baru dibutuhkan untuk mengejar pencapaian target pengentasan tuberkulosis dunia, termasuk Indonesia dengan target Indonesia bebas TBC 2030.

Melihat beberapa alasan tersebut dan membandingkan dengan data di lapangan, memang dapat disimpulkan bahwa vaksin BCG nyatanya memang belum mampu untuk menurunkan angka penderita TBC di Indonesia, bahkan dengan penggunaan vaksin tersebut selama beberapa tahun terakhir, angka penderita TBC di Indonesia kian meningkat dan justru telah mencapai peringkat ke-2 di dunia. Hal ini semakin mendorong urgensi untuk pembaruan vaksin TB yang baru agar segera dikembangkan dan disempurnakan.

Menteri Kesehatan, Budi Gunawan Sadikin, menjelaskan Vaksin M72 ini telah memasuki uji klinik tahap 3 dan sedang dilakukan uji klinik di tujuh negara, termasuk Indonesia. Indonesia menjadi salah satu tempat uji coba klinik ini karna jumlah angka mortalitas dan morbiditas TB di Indonesia semakin meningkat. Alasan lain adalah karena dengan melakukan uji coba klinik fase 3 di Indonesia maka dapat diketahui kecocokan vaksin dengan genetik orang Indonesia. Selain itu, pengadaan uji klinik di Indonesia juga membantu para ilmuwan dalam negeri bisa mendapatkan akses langsung terhadap teknologi vaksin karna bekerja sama dengan Universitas Padjadjaran dan Universitas Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun