Mohon tunggu...
Moerni Tanjung
Moerni Tanjung Mohon Tunggu... Editor - founder of https://moerni.id

a father and a writer

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Duka Keluarga Santri dan Kebohongan Ponpes Gontor

7 September 2022   14:14 Diperbarui: 7 September 2022   14:33 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Soimah-ibu kandung Albar Mahdi-Santri Ponpres Gontor yang meninggal dianiaya bersama Hotman Paris. Foto: Kompas.

Satu kebohongan sudah cukup untuk mempertanyakan kebenaran. Kata-kata ini mungkin pas untuk menceritakan duka di balik kematian Albar Mahdi. Santri pondok pesantren (Ponpes) modern Gontor 1, Ponorogo, Jawa Timur (Jatim).

Santri berusia 16 tahun itu telah berpulang ke Rahmatullah. Ia dikabarkan meninggal dunia pada Senin 22 Agustus lalu. Di Ponpres tempat ia mondok.

Saat itu, korban dikabarkan meninggal dunia karena sakit dan kelalahan. Usai mengikuti Perkemahan Kamis-Jumat. Yang digelar pada 18-19 Agustus 2022. Korban sempat dibawa ke Rumah Sakit Yasyfin Gontor.

Setelah mengabarkan kematian korban kepada keluarga, pihak Ponpes mengantarkan jenazah ke Palembang. Ke rumah korban di Kelurahan Sungai Selayur Kecamatan Kalidoni Palembang. Ada tiga mobil yang berangkat. Dipimpin seorang ustadz yang namanya Agus Mulyana.

Mengutip Sindonews, rombongan berangkat sekitar pukul 14.00 WIB. Dan tiba di Palembang pada Selasa 23 Agustus 2022. Kira-kira sekitar pukul 11.30 WIB.

Pihak ponpes kemudian menyerahkan jenazah korban ke pihak keluarga. Bersama surat kematian bernomor 007/RSYD-SKM/VIII/2022. Dengan ditandangani oleh dokter Mukhlas Hamidy.

Kepada Kompas.com Soimah bercerita. Ia mendapat kabar tentang kematian putra sulungnya dari seorang ustadz bernama Agus. Pada Senin pagi 22 Agustus sekitar pukul 10.30 WIB.

Soimah mengaku tak kenal dengan ustadz tersebut. Namun saat itu mendapat cerita bahwa anaknya meninggal karena sakit. Soimah juga mengaku dapat cerita versi lain soal putranya. Cerita dari wali santri lain. Yang membocorkan bahwa putranya tidak meninggal karena sakit. Melainkan karena kekerasan.

Dua cerita berbeda itu akhirnya mendorong keluarga untuk membuka peti jenazah. Petipun dibuka. Dengan pihak ponpes masih berada di rumah diduka.

Setelah peti dibuka, keluarga terkejut bukan kepalang. Kafan tak lagi putih. Wajah korban berlumur darah. Darah segar yang masih keluar di antaranya dari hidung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun