Mohon tunggu...
Muhibuddin Aifa
Muhibuddin Aifa Mohon Tunggu... Perawat - Wiraswasta

Jika Membaca dan Menulis adalah Cara yang paling mujarab dalam merawat Nalar, Maka Kuliah Adalah Pelengkapnya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bisa Jadi Ada Dusta dalam Bahasa Tulis Kita

13 Agustus 2020   18:47 Diperbarui: 13 Agustus 2020   18:41 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto (nationalgeographic.grid.id)

Namun itu bukan berarti semua wartawan bersikap seperti contoh di atas. Itu hanya kasus. Tidak ada pula maksud melecehkan profesi wartawan. Saya hanya mencoba menceritakan salah satu pengalaman mantan seorang wartawan.

Bagi saya profesi wartawan sangatlah mulia. Wartawan bertugas menyajikan informasi yang dapat mencerdaskan masyarakat, dan menyampaikan peristiwa aktual tentang akan terjadi sutu bahaya baik itu bencana alam maupun tentang bahaya lainnya. Semakin cepat informasi yang tersampaikan. semakin cepat kita bisa menghindari dan menanggulangi bahaya tersebut.

Kita hanya boleh mendustai diri sendiri untuk tulisan fiksi. Karya fiksi menuntut pengembagan karakter inspirasional, fiksional, imajiner, guna mendapatkan tokoh yang pas serta alur cerita yang sesuai dengan tema yang kita angkat. Atau, sedikit mendramatisir, agar cerita kita terkesan lebih hidup dan memiliki daya tarik tersendiri bagi pembaca.

Menulislah dengan hati Nurani

Haji Oemar Said Tjokro Aminoto pernah berkata "Jika kalian ingin menjadi pemimpin besar, menulislah seperti seorang wartawan dan berbicaralah seperti seorang orator ulung." Nasehat itu diucapkan di hadapan Kusno (nama Soekarno muda), Kartosuwiryo, Alimin dan lainnya yang kala itu nge-kost di rumah pak Tjokro. Di kemudian hari mereka menjadi tokoh-tokoh yang mewarnai perpolitikan elit di negeri ini.

Nasehat tersebut berhasil menghipnotis mereka, terutama Soekarno muda. Ia bangun tengah malam dengan suara yang lantang. Ia berlatih berpidato, hingga menyebabkan kawan-kawan lainnya terbangun, dan menertawainya.

Sebagaimana kita ketahui, akhirnya Sokarno menjadi orator ulung, Presiden Indonesia pertama dan juga Proklamator. Beranjak dari nasehat tersebut Soekarno juga menulis beberapa buku. Buku-bukunya yang paling terkenal adalah, (Indonesia Menggugat, Di Bawah Bendera Revolusi, Mencapai Indonesia Merdeka dan Sarinah).

Terlepas dari pro dan kontranya seorang Soekarno, ada sisi baik yang perlu kita teladani yaitu tentang bagaimana dia merespon dari setiap peristiwa penting dengan menulis. Sebagaimana ia menulis tentang "Mencapai Indonesia Merdeka". Tulisan itu dilatar-belakangi niat untuk membantah ucapan Profesor Veth yang mengatakan "Bahwa Indonesia tidak akan pernah merdeka".

Kemudian tentang buku yang berjudul "Sarinah".  Sebuah karya yang ditulis untuk mengenang pengasuh Soekarno. Di mana saat kecil beliau diasuh oleh perempuan yang bernama Sarinah, menceritakan dongeng untuk Soekarno, "Dari dia, saya mendapat banyak pelajaran mencintai orang kecil, dia sendiri pun orang kecil. Tetapi budinya selalu besar, moga-moga Tuhan membalas kebaikan Sarinah." Tulis Soekarno dalam bukunya tersebut.

Soekarno menulis dengan hati nuraninya. Melalui tulisan-tulisan, menjadikannya seorang pejuang sekaligus intelektual. Ia memang tidak memanggul senjata, namun gagasannya melalui tulisan menjadi senjata yang ampuh untuk melawan penajajahan.

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun