Mohon tunggu...
Muhibuddin Aifa
Muhibuddin Aifa Mohon Tunggu... Perawat - Wiraswasta

Jika Membaca dan Menulis adalah Cara yang paling mujarab dalam merawat Nalar, Maka Kuliah Adalah Pelengkapnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aktivis Muda dan Perpustakaan Megah

6 Juli 2020   12:45 Diperbarui: 7 Juli 2020   10:50 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata-kata itu sangat ampuh hingga membuat Soekarno muda terhipnotis dan terbangun ditengah malam hanya untuk berpidato sendiri dengan suara lantang, membuat kawannya yang lain tertawa menyaksikannya. Begitulah kurang lebih penjelesan yang terdapat dalam buku tersebut.

Ferdian menghentikan bacaannya dan dan nalarnya sudah mulai liar keberapa wajah para tokoh hebat Indonesia, yang pertama ia ingat adalah wajah Soeharto, dan bergumam dalam hati

"Ketika SD aku berpendapat Indonesia adalah Soeharto, namun memasuki bangku SMA bagiku Indonesia adalah Soekarno, nah, saat ini kala aku kuliah setelah membaca buku HOS Tjokroaminoto, maka kesimpulan yang bisa aku ambil saat ini Indonesia adalah Haji Oemar Said Tjokroaminoto, dimata orang belanda ia bergelar De Ongekroonde Van Java (Raja Jawa Tanpa Mahkota)."   

Ferdian mengatakan itu dalam hati bukan tanpa alasan, namun itu berdasarkan fakta yang tercatat dan tinta emas sejarah Indonesia, para alumni yang pernah ngekos di rumah Tjokroaminoto kebanyakan dari mereka sukses menjadi pemimpin besar dengan segala lakon dan pengarunya di negeri  ini. Terlepas dari pro dan kontra mereka adalah putera-putera terbaik bangsa.

Saat ferdian sedang hanyut dalam khayalannya tentang pemimpin negeri ini, tiba-tiba ponsel jadul nya berdiring "Hallo ferdian, lagi dimana?"

"masih diperpus" jawab ferdian, kemudian Hamid bertanya lagi "Jadi, enggak masuk kuliah tadi?" dengan nada terkejut ferdian berkata "Astaghfirullah, lupa aku, sangking asyiknya membaca, ya sudah hamid kita jumpa di taman depan pustaka ya, jangan lupa kau bawakan aku kopi"

"oke siap segera meluncur ke TKP" Hamid menutup sambungan handphone dengan candaan logat ditektif.

Ferdian segera membawa buku ke meja peminjaman untuk ia bawa pulang mengisi kekosongan waktu dikala di rumah kos dan tempat lainnya. Ia berlalu dari ruangan perpustakan untuk memilih duduk di pojok taman depan pustaka sambil menunggu sahabatnya datang.

Tak lama kemudian Hamid datang dengan menjinjing kopi hitam berbalut palastik putih, aroma kopi yang menusuk hidung kian membuat mereka bersemangat petang itu. 

Sambil menyeruput kopi mereka berdua larut dalam pembicaraan seputar organisasi kampus. Kepulan asap yang keluar dari hembusan hidung mancung Ferdian, membuat Hamid menutup hidungnya dengan perasaan geram ia berkata "Asap-asap ini sangat menggangguku, tidak kau takut nikotin itu akan merusak paru-parumu?."

"Tenang kawan, kau tau Soekarno dan KH. Agussalim yang dijuluki dengan The Grand Old Man (Orang Tua Besar), Mereka membangun Indonesia dan menyatukan Nusantara dengan Cerutunya. Begitupun dengan Chairil Anwar sang sastrawan yang melahirkan karya-karnya yang fenomenal dibalik kepulan asap rokoknya" Hamid yang lugu hanya mengangguk saja, melihat hal itu ferdian tersenyum puas dalam hatinya berkata "Mau saja kau kutipu, tidak kah kau tau, sejarah menjelaskan bahwa Nusantara disatukan kala itu atas kesamaan nasib, sama-sama pernah dijajah oleh Belanda"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun